Sabtu, 27 Desember 2014

ISLAM TAK TERGANTIKAN

Nikmat Yang Paling Besar - اعظم النعمة -
Syaikh Salih Al Maghamisi (Imam Masjid Quba’) – Madinah


Apabila kita telah mengetahui bahwasanya Allah subhanahu wa ta’ala mengharamkan Syurga bagi mereka yang kufur terhadapnya, maka dari itu, kita tahu bahwa sebesar-besar nikmat ialah “nikmat Al-Islam.”
 
Nikmat yang paling besar adalah nikmat Islam.

Dan apabila Allah menginginkan bagi hambanya kebaikan, maka dia diwafatkan dalam beragama Islam.

Dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah berdoa…

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ
"(Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu).”
Dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam pun telah memberitahu bahwa diantara tanda-tanda fitnah akhir zaman adalah

Dijelaskan dalam hadits Abu Musa al-Asy’ari Radhiyallahu anhu, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ بَيْنَ يَدَيِ السَّاعَةِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ، يُصْبِحُ الرَّجُلُ فِيهَا مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا وَيُمْسِـي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا 


‘Sesungguhnya menjelang datangnya hari Kiamat akan muncul banyak fitnah besar bagaikan malam yang gelap gulita, pada pagi hari seseorang dalam keadaan beriman, dan menjadi kafir di sore hari, di sore hari seseorang dalam keadaan beriman, dan menjadi kafir pada pagi hari...  [HR. Imam Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan al-Hakim dalam al-Mustadrak]


Dan hari ini kita lihat di sekeliling kita berbagai perkara yang disebarkan yang berbentuk syubhat, dan yang berbentuk syahwat. Tiada syak (keraguan) lagi bahwa ini semua dapat menyebabkan seseorang itu berpaling (dari agamanya).

Tetapi Allah yang Maha Tinggi apabila mencintai seorang hamba maka akan diwafatkan dalam keadaan Islam. Dan setiap perkara yang ditarik dari kita pasti akan ada gantinya (dari Allah) kecuali agama (maka tiada gantinya) dan ...

Selasa, 23 Desember 2014

TOLERANSI ITU MENGHORMATI, BUKAN MENGIKUTI

 
Beriku ini adalah rangkaian Tweet
Yang memaparkan toleransi yang benar menurut Islam:
01. walau masih berbeda aqidah dengan kedua orangtua | alhamdulillah saya dikaruniai kemudahan dalam keluarga

02. di tahun 2002 saya menjadi Muslim setelah 18 tahun merayakan Natal | banyak yang berubah setelah saya memahami agama Islam


03. proses berpikir yang mengantarkan saya pada Islam | agama logis yang bisa memuaskan akal, menenangkan hati, dan sesuai fitrah

04. prinsip tauhid di dalam Islam itu sederhana dan mengena | prinsip satu Tuhan itu menenangkan dan menentramkan

05. setelah menjadi seorang Muslim tentu banyak penyesuaian yang harus saya lakukan | aqidah Islam tentu menngubah banyak prinsip hidup

06. salah satu prinsip yang terpenting adaah penjagaan terhadap aqidah | pengakuan bahwa Allah itu satu dan tiada yang menyamai-Nya

07. saya memasuki Islam sekira bulan Oktober 2002 | maka ujian pertama ada di bulan Desember 2002 saat perayaan Natal keluarga

08. sulit sekali pada waktu itu untuk menyampaikan pada orangtua saya sudah menjadi seorang Muslim | apalagi menjelaskan tentang Natal

09. terbayang sudah selaksa bantahan dan omelan yang bakal diterima | apalagi menjelaskan bahwa saya tidak lagi ikut-ikutan Natalan

10. hanya saja saya tahu persis apa itu Natal | bagi kaum Nasrani itu perayaan terbesar | yaitu kelahiran Yesus, Tuhan Juruselamat

11. maka perayaan Natal itu bagi saya memiliki konsekuensi aqidah | yang takkan pernah saya sampaikan selamat padanya apalagi saya ikuti

12. terbayang lagi respon yang saya terima nantinya? | dimarahi? diamuk? diusir? | bagaimanapun juga ini prinsip aqidah yang harus sampai

13. benar saja, orangtua saya tentu tidak terima | dengan perdebatan alot 3 hari akhirnya ke-Islam-an saya bisa mendapat tempat

14. saat itu ayah saya berucap | "papi tidak bisa melarang kamu Muslim, tapi papi juga tidak bisa menerima kamu Muslim"

15. sementara isak tangis ibu saya menjadi latar diskusi alot kita sepanjang 3 hari | hati anak mana yang tak sedih melihat airmata ibunya?

Sabtu, 06 Desember 2014

Hidayah dari Sebuah Warung Kopi

 

Dalam suatu majelisnya, Syaikh Utsman al-Khomis ditanya, “Hal apakah yang bisa menjadi sebab datangnya hidayah dan keistiqomahan pada seseorang?” Beliau menjawab, “Sangat banyak hal yang bisa mendatangkan hidayah. Di antaranya beliau bercerita tentang seorang pemuda Libiya yang diberi hadiah buku saku tentang dzikir oleh seorang pemuda dari Arab Saudi”. Kurang lebih, cerita beliau adalah sebagai berikut:

Ada seorang warga Libia, ia bersama ibu dan seorang saudari perempuannya pindah dari Libia untuk menetap di London. Ia mengatakan, di antara kami bertiga hanya ibuku saja yang shalat. Aku dan saudariku tidak shalat bahkan tidak mengerti shalat.
Suatu hari, aku datang di suatu kedai kopi, aku berkenalan dengan seorang laki-laki dari Arab Saudi. Di akhir perjumpaan, dia memberiku sebuah buku saku tentang dzikir. Aku merasa pemberiannya ini tidak bermanfaat sama sekali, shalat saja aku tidak, apalagi membaca dzikir. Tapi karena merasa tidak enak menolak, aku pun menerima pemberiannya dan kusimpan di saku baju. Sesampainya di rumah, kukeluarkan dari saku bajuku buku yang ia berikan, lalu kulemparkan hingga terperosok di bawah lemariku.

Setelah beberapa hari, di suatu malam, seperti biasa aku pulang dari aktivitas lalu aku menonton televisi. Aku mencari acara yang menarik di TV, dari chanel ke chanel lainnya namun tidak ada acara yang membuat aku tertarik. Lalu kubuka majalah, tidak juga aku merasa berselera berlama-lama membacanya. Setelah itu berselancar di dunia maya, juga tidak ada yang memikat perhatianku. Sudah, kututup pintu kamar dan tirai jendela, aku pun bersiap tidur.
Kubolak-balikkan badan, namun tidak juga rasa kantuk itu datang. Malah aku teringat akan buku saku yang diberikan laki-laki Arab Saudi tempo hari itu. Susah payah, akhirnya aku berhasil mengeluarkan buku itu dari bawah kolong lemariku.

Saat kubuka buku itu, ternyata berisi,

Jumat, 28 November 2014

Kisah Putra Raja dan Cincin Permata

http://abubassam19.blogspot.com/
Mengabarkan kepadaku Muhammad bin Al Husain aku mendengar Abu Bakar bin Abi Thayyib berkata, telah sampai kepadaku dari Abdullah bin Faraj (beliau seorang ahli ibadah) yang berkata : Aku membutuhkan seorang kuli yang akan bekerja untukku, maka aku pergi ke pasar melihat-lihat kuli.

Tiba-tiba dibagian akhir aku melihat seorang remaja berkulit kuning langsat tangannya membawa bungkusan besar. Dia lewat dengan mengenakan jubah serta kain dari bulu domba kasar. Aku berkata padanya, “Kamu mau kerja juga ?”.
Dia menjawab, “Iya”.
Aku katakan, “Berapa upah yang kamu minta ?”.
Dia menjawab, “Satu dirham dan satu daniq (Total tujuh daniq)”.
Aku katakana, “Berdirilah, dan bekerja padaku”.
Dia berkata, “Dengan satu syarat”.
Aku katakana, “Apa itu ?”.
Dia menjawab, “Jika telah datang waktu dzuhur aku akan keluar wudhu shalat kemudian kembali bekerja, dan jika datang waktu asar demikian pula”.
Aku katakan, “Ya”.

Kemudian ia mengikuti aku sampai rumah dan aku perintahkan untuk mengangkut barang dari satu tempat ke tempat lain. Ia pun mengencangkan tali pinggang dan bekerja serta tidak berbicara sepatah katapun sampai tiba waktu dzuhur dan berkata kepadaku, “Wahai Abdullah muadzin telah mengumandangkan adzan dzuhur”.
Aku menjawab, “Terserah engkau saja”.
Kemudian dia keluar shalat dan kembali bekerja dengan giat sampai ketika telah tiba waktu asar, ia berkata lagi kepadaku, “Wahai Abdullah muadzin telah mengumandangkan adzan asar”.
Aku menjawab, “terserah engkau saja”.
Kemudian ia keluar shalat asar dan kembali bekerja sampai senja hari. Akupun memberikan upahnya dan ia bergegas pulang.

Minggu, 16 November 2014

Kisah Kesabaran Sang Pemuda Idaman Saat Tergoda Hubungan Terlarang


Allah ta’ala berfirman,

وَرَاوَدَتْهُ الَّتِي هُوَ فِي بَيْتِهَا عَنْ نَفْسِهِ وَغَلَّقَتِ الْأَبْوَابَ وَقَالَتْ هَيْتَ لَكَ قَالَ مَعَاذَ اللَّهِ إِنَّهُ رَبِّي أَحْسَنَ مَثْوَايَ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ (23) وَلَقَدْ هَمَّتْ بِهِ وَهَمَّ بِهَا لَوْلَا أَنْ رَأَى بُرْهَانَ رَبِّهِ كَذَلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوءَ وَالْفَحْشَاءَ إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ (24) وَاسْتَبَقَا الْبَابَ وَقَدَّتْ قَمِيصَهُ مِنْ دُبُرٍ وَأَلْفَيَا سَيِّدَهَا لَدَى الْبَابِ قَالَتْ مَا جَزَاءُ مَنْ أَرَادَ بِأَهْلِكَ سُوءًا إِلَّا أَنْ يُسْجَنَ أَوْ عَذَابٌ أَلِيمٌ 25

“Dan wanita (istri Raja) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya), dan wanita itu telah menutup pintu-pintu, seraya berkata: “Marilah ke sini.” Yusuf berkata: “Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukanku dengan baik.” Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada akan beruntung. Sesungguhnya wanita itu telah berkeinginan (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf dan Yusuf pun berkeinginan (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tiada melihat tanda (dari) Rabbnya. Demikianlah, agar Kami memalingkan darinya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang ikhlas. Dan keduanya berlomba-lomba menuju pintu dan wanita itu menarik baju gamis Yusuf dari belakang hingga koyak dan kedua-duanya mendapati suami wanita itu di muka pintu. Wanita itu berkata: “Apakah pembalasan terhadap orang yang bermaksud berbuat serong dengan istrimu, selain dipenjarakan atau (dihukum) dengan azab yang pedih?” [Yusuf: 23-25] 

Asy-Syaikh Al-Mufassir Abdur Rahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah berkata,

هذه المحنة العظيمة أعظم على يوسف من محنة إخوته، وصبره عليها أعظم أجرا، لأنه صبر اختيار مع وجود الدواعي الكثيرة، لوقوع الفعل، فقدم محبة الله عليها، وأما محنته بإخوته، فصبره صبر اضطرار، بمنزلة الأمراض والمكاره التي تصيب العبد بغير اختياره وليس له ملجأ إلا الصبر عليها، طائعا أو كارها

“Ujian (godaan wanita) ini sangat besar bagi Yusuf, melebihi ujian yang dilakukan oleh saudara-saudaranya. Dan sabarnya beliau terhadapnya lebih besar pahalanya, sebab ia adalah sabar berdasarkan pilihannya sendiri, bersamaan dengan itu banyak faktor yang mengajaknya untuk melakukan maksiat tersebut, akan tetapi beliau lebih mendahulukan cintanya kepada Allah ta’ala. Adapun ujian dengan saudara-saudaranya, maka sabarnya beliau adalah sabar dalam kondisi terpaksa, bagaikan penyakit dan musibah yang menimpa seorang hamba yang bukan atas dasar pilihannya sendiri, sehingga tidak ada lagi jalan keluar baginya kecuali bersabar menghadapinya, suka atau terpaksa.” [Tafsir As-Sa’di, hal. 396] 

APA SAJA FAKTOR YANG MENGAJAK NABI YUSUF ‘ALAIHISSALAM UNTUK MELAKUKAN HUBUNGAN TERLARANG ITU?

1) Beliau ketika itu adalah (dianggap) budak, dan yang mengajaknya adalah tuannya
2) Mereka berdua telah berada dalam satu ruangan
3) Pintu-pintu telah terkunci
4) Wanita itu sendiri yang mengajak
5) Kondisi Nabi Yusuf ‘alaihissalam sebagai orang asing, tidak ada yang mengenal beliau di negeri itu
6) Yang mengajaknya adalah seorang wanita cantik dan memiliki kedudukan
7) Beliau telah diancam dengan penjara atau siksaan yang pedih
8) Beliau adalah seorang pemuda bujangan
9) Ketika beliau menolak dan lari darinya, wanita itu pun masih mengejar
10) Beliau pun sudah memiliki keinginan terhadapnya, akan tetapi beliau lebih mengedepankan keridhoan Allah ta’ala atas keinginan nafsu yang memerintahkan kepada kejelekan. ALLAHU AKBAR.

SEBAB-SEBAB KESELAMATAN BELIAU DARI HUBUNGAN TERLARANG:

Rabu, 29 Oktober 2014

SEPENGGAL KISAH WAFATNYA RASULULLAH shallallahu’alaihiwasallam



 Oleh: Ustadz Abdullah Zaen, Lc, MA

Di antara penggalan sejarah yang bertaburkan banyak hikmah mulia dan pesan istimewa; kejadian meninggalnya Nabi kita Muhammad shallallahu’alaihiwasallam.


Peristiwa wafatnya Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam merupakan musibah terbesar umat ini dan menorehkan duka yang begitu mendalam di hati mereka. Namun detik-detik peristiwa wafatnya Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam dan berbagai kejadian di hari-hari terakhir beliau di dunia yang fana ini, memberikan begitu banyak pelajaran berharga untuk kita.[1]


Saat beliau menderita sakit parah menjelang wafatnya, para sahabat datang silih berganti untuk membesuk. Di antara mereka, adalah Abu Sa’id al-Khudry radhiyallahu’anhu. Dia bercerita,

“دَخَلْتُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يُوعَكُ، فَوَضَعْتُ يَدِي عَلَيْهِ، فَوَجَدْتُ حَرَّهُ بَيْنَ يَدَيَّ فَوْقَ اللِّحَافِ”.


“Aku mengunjungi Nabi shallallahu’alaihiwasallam, saat beliau dalam keadaan sakit parah. Aku pun meletakkan tanganku di atasnya. Hingga aku bisa merasakan panasnya tubuh beliau, padahal saat itu aku meletakkan tanganku di atas selimut yang dipakainya”. HR. Ibnu Majah (IV/111 no. 4096 no. 4096) dan sanadnya dinilai sahih oleh al-Bushiry.


Dalam kondisi separah itu, Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam masih tetap pergi ke masjid untuk mengimami para sahabatnya. Ummul Fadhl radhiyallahu’anha bercerita,  

“خَرَجَ إِلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ عَاصِبٌ رَأْسَهُ فِي مَرَضِهِ، فَصَلَّى الْمَغْرِبَ فَقَرَأَ بِالْمُرْسَلَاتِ. قَالَتْ: فَمَا صَلَّاهَا بَعْدُ حَتَّى لَقِيَ اللَّهَ”.


“Saat sakit, Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam keluar (dari rumahnya) menuju ke kami (yang saat itu sedang menunggu di masjid). Beliau mengikatkan kain di kepalanya (untuk mengurangi rasa pening). Lalu beliau mengimami kami shalat Maghrib, dan membaca surat al-Mursalat. Itulah shalat Maghrib terakhir beliau sebelum bertemu dengan Allah”. HR. Tirmidzy (hal. 86 no. 308) dan dinyatakan hasan sahih oleh beliau.

Perlu dicatat di sini bahwa surat al-Mursalat terdiri dari lima puluh ayat!


Kaum muslimin dan muslimat yang kami hormati… 

Bagaimana dengan hari-hari terakhir beliau setelah menunaikan shalat di rumahnya? Mari kita dengarkan Ummul mukminin Aisyah radhiyallahu’anha mengisahkannya,

“ثَقُلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: “أَصَلَّى النَّاسُ؟”. قُلْنَا: “لَا هُمْ يَنْتَظِرُونَكَ”. قَالَ: “ضَعُوا لِي مَاءً فِي الْمِخْضَبِ”. قَالَتْ: فَفَعَلْنَا فَاغْتَسَلَ فَذَهَبَ لِيَنُوءَ فَأُغْمِيَ عَلَيْهِ.


ثُمَّ أَفَاقَ فَقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “أَصَلَّى النَّاسُ؟” قُلْنَا: “لَا، هُمْ يَنْتَظِرُونَكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ”. قَالَ: “ضَعُوا لِي مَاءً فِي الْمِخْضَبِ” قَالَتْ فَقَعَدَ فَاغْتَسَلَ ثُمَّ ذَهَبَ لِيَنُوءَ فَأُغْمِيَ عَلَيْهِ.


ثُمَّ أَفَاقَ فَقَالَ: “أَصَلَّى النَّاسُ؟” قُلْنَا: “لَا هُمْ يَنْتَظِرُونَكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ”. فَقَالَ: “ضَعُوا لِي مَاءً فِي الْمِخْضَبِ” فَقَعَدَ فَاغْتَسَلَ ثُمَّ ذَهَبَ لِيَنُوءَ فَأُغْمِيَ عَلَيْهِ.


ثُمَّ أَفَاقَ فَقَالَ: “أَصَلَّى النَّاسُ؟” فَقُلْنَا: “لَا هُمْ يَنْتَظِرُونَكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ” وَالنَّاسُ عُكُوفٌ فِي الْمَسْجِدِ يَنْتَظِرُونَ النَّبِيَّ عَلَيْهِ السَّلَام لِصَلَاةِ الْعِشَاءِ الْآخِرَةِ, فَأَرْسَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى أَبِي بَكْرٍ بِأَنْ يُصَلِّيَ بِالنَّاسِ. فَأَتَاهُ الرَّسُولُ فَقَالَ: “إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْمُرُكَ أَنْ تُصَلِّيَ بِالنَّاسِ” فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ, وَكَانَ رَجُلًا رَقِيقًا: “يَا عُمَرُ صَلِّ بِالنَّاسِ” فَقَالَ لَهُ عُمَرُ: “أَنْتَ أَحَقُّ بِذَلِكَ” فَصَلَّى أَبُو بَكْرٍ تِلْكَ الْأَيَّامَ.


 “Saat sakit Nabi shallallahu’alaihiwasallam semakin parah, beliau berkata, “Sudah shalatkah orang-orang?”.

“Belum, mereka menunggumu” jawab kami.

“Ambilkan untukku air di ember” perintah beliau.

Kami segera melakukan perintahnya, lalu beliau mandi. Tatkala akan bangkit berdiri, beliau tidak sadarkan diri.


Kemudian saat siuman beliau bertanya, “Sudahkah orang-orang shalat?”.

“Belum, mereka menunggumu wahai Rasulullah” jawab kami.

“Ambilkan untukku air di ember” perintah beliau.

Beliau duduk lalu mandi. Tatkala akan bangkit berdiri, beliau kembali tidak sadarkan diri.


Setelah siuman beliau bertanya, “Sudahkah orang-orang shalat?”.

“Belum, mereka menunggumu wahai Rasulullah” jawab kami.

“Ambilkan untukku air di ember” perintah beliau.

Beliau duduk lalu mandi. Tatkala akan bangkit berdiri, beliau kembali tidak sadarkan diri.

 Kemudian saat siuman beliau bertanya, “Sudahkah orang-orang shalat?”.

“Belum, mereka masih menunggumu wahai Rasulullah” jawab kami.

Saat itu para sahabat berdiam di masjid menunggu kedatangan Nabi shallallahu’alaihiwasallam untuk mengimami shalat Isya di akhir malam.


Nabi shallallahu’alaihiwasallam mengirim utusan ke Abu Bakar, memerintahkan beliau mengimami orang-orang.

Utusan Rasul mendatangi Abu Bakar seraya berkata, “Sesungguhnya Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam menginstruksikan padamu agar engkau mengimami kaum muslimin”.

Jumat, 24 Oktober 2014

RUMAH TANGGA ADALAH NIKMAT



 Surat terbuka untuk para istri (Bagian 1): 

Rumah tangga merupakan perkara yang sangat pokok bagi kehidupan manusia. Bahkan Rasulullah shallallahu’alahihiwasallam menyatakan bahwa seorang yang telah berumah tangga, berarti ia telah menyempurnakan separuh agamanya. Kata beliau,

“إِذَا تَزَوَّجَ الْعَبْدُ فَقَدْ كَمُلَ نِصْفُ الدِّيْنِ، فَلْيَتَّقِ اللهَ فِي النِّصْفِ الْبَاقِي”.

“Apabila seorang hamba menikah berarti separuh agamanya telah sempurna. Maka hendaklah ia bertakwa kepada Allah dalam menjaga setengah yang tersisa”.HR. Al-Baihaqy dalam Syu’ab al-Iman dan dinyatakan hasan oleh Syaikh al-Albany.

Senin, 20 Oktober 2014

MENGAPA MEREKA MENUTUP WAJAH (BERCADAR)


                                                                

Sebagian orang berkata: Wanita jangan bercadar karena wajah bukan aurat.

Jawaban: Kalau begitu lelaki kemana-mana juga pakai baju cukup menutup dari pusar sampai lutut saja, jangan lebih, karena hanya itu aurat lelaki. Jadi jangan pakai jas, baju lengan panjang, celana panjang sampai dibawah lutut, kaos kaki, dll.

Sebagian berkata: Jangan bercadar karena tidak bisa dikenali.

Jawaban: Dikenali oleh siapa? Bukankah lelaki pun juga sering menutup tubuhnya sampai tidak bisa dikenali? misalnya memakai masker/penutup wajah, terutama saat di jalan, atau naik mobil yg berkaca gelap sehingga orang disekitarnya tidak bisa mengenalinya. Bahkan terkadang lelaki membeli bensin di pom sambil wajahnya tertutup masker dan helm sampai tak bisa dikenali (padahal transaksi jual beli). Tidak penting untuk dikenali lelaki yang bukan mahrom, justru banyak dampak negatifnya. Adapun pada kondisi2 penting/darurat yg memerlukan wajahnya dilihat untuk identifikasi maka boleh saja muslimah wajahnya diperlihatkan kepada lelaki yg bukan mahrom. Namun bukan obral diperlihatkan setiap saat. Lagipula, jika hanya bersama sesama wanita dan tidak terlihat lelaki yang bukan mahrom tentu tidak perlu bercadar.

Minggu, 12 Oktober 2014

KISAH CINTA KARENA KECANTIKAN

 
Pada suatu hari Abdurrahman bin Abi Bakar radhiallahu ‘anhu bepergian ke Syam untuk berniaga. Di tengah jalan, ia melihat seorang wanita berbadan semampai, cantik nan rupawan bernama Laila bintu Al Judi. Tanpa diduga dan dikira, panah asmara Laila melesat dan menghujam hati Abdurrahman bin Abi Bakar radhiallahu ‘anhu. Maka sejak hari itu, Abdurrahman radhiallahu ‘anhu mabok kepayang karenanya, tak kuasa menahan badai asmara kepada Laila bintu Al Judi. 
Sehingga Abdurrahman radhiallahu ‘anhu sering kali merangkaikan bair-bait syair, untuk mengungkapkan jeritan hatinya. Berikut di antara bait-bait syair yang pernah ia rangkai:

Aku senantiasa teringat Laila yang berada di seberang negeri Samawah
Duhai, apa urusan Laila bintu Al Judi dengan diriku?
Hatiku senantiasa diselimuti oleh bayang-bayang sang wanita
Paras wajahnya selalu membayangi mataku dan menghuni batinku.
Duhai, kapankah aku dapat berjumpa dengannya,
Semoga bersama kafilah haji, ia datang dan akupun bertemu.

Rabu, 24 September 2014

Kisah: "YAMAN dan IKAN TUNA"




Kisah ini, admin dapat dari salah seorang Ikhwan yang sering kali mendampingi Syaikh Fulan al Yamani yang mengajar di Ma'had kami.

Ikhwan tersebut bercerita bahwa ketika menemani Syaikh tersebut berbelanja di Pasar, Syaikh nampak kaget dengan harga Ikan Tuna di sini (baca: Jogja / Indonesia) yaitu Rp. 25.000,- / Kg, padahal di Yaman bisa Rp. 100.000,- / Kg (Syaikh berujar bahwa: "di Yaman, Ikan ini makanan orang kaya").

Ikhwan pendamping Syaikh itu juga bercerita bahwa Syaikh senang di Indonesia karena:

Selasa, 09 September 2014

PENGARUH ISTRI SHALIHAH TERHADAP PEKERJAAN SUAMI.



Abu Bakr Ahmad bin Marwan bin Muhammad ad-Dainuri seorang qodhi (hakim) madzhab maliki (wafat 333 H) menyebutkan dalam kitabnya al-Mujaalasah wa Jawaahirul ‘Ilm:

Dari Kholid bin Yazid, ia berkata:

Hasan al-Bashri berkata: “Aku datang kepada seorang pedagang kain di Makkah untuk membeli baju, lalu si pedagang mulai memuji-muji dagangannya dan bersumpah, lalu akupun meninggalkannya dan aku katakan, “tidaklah layak beli dari orang semacam itu”, lalu akupun beli baju dari pedagang yang lain.

Dua tahun setelah itu aku (pergi untuk menunaikan ibadah) haji, & aku ketemu lagi dengan orang itu, tapi aku tidak lagi mendengarnya memuji-muji dagangannya dan bersumpah.

Lalu aku bertanya kepadanya: “Bukankah engkau orang yang dulu pernah berjumpa denganku beberapa tahun lalu?!”

Rabu, 03 September 2014

Wasiat untuk Suami dalam Memperlakukan Istri


Artikel berikut ini semoga bisa menjadi nasehat buat ana (abu bassam) khususnya dan para Suami pada umumnya.
ditulis oleh Ustadz Sofyan Chalid bin Idham Ruray
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

فَاتَّقُوا اللَّهَ فِي النِّسَاءِ فَإِنَّكُم أَخَذتُمُوهُنَّ بِأَمَانَةِ اللَّهِ وَاستَحلَلتُم فُرُوجَهُنَّ بِكَلِمَةِ اللَّهِ

“Bertakwalah kepada Allah dalam memperlakukan para wanita, karena kalian telah mengambil mereka (sebagai istri) dengan perjanjian Allah dan menghalalkan hubungan suami istri dengan kalimat Allah.” [HR. Muslim dari Jabir radhiyallahu'anhu]

Beberapa Pelajaran:

1) Pentingnya memperhatikan hak para wanita, memberi nasihat dan mempergauli dengan baik. An-Nawawi rahimahullah berkata,

Jumat, 29 Agustus 2014

UNTUKMU YANG SEDANG DALAM PENANTIAN


  MERUPAKAN JUDUL KAJIAN ISLAM ILMIAH, PADA
Ahad, 17 Agustus 2014, Pkl.: 15.30 WIB - Maghrib,  Masjid Besar Cipaganti, Bandung.



DENGAN PEMATERI
Bersama: Al-Ustadz Firanda Andirja, MA, Mahasiswa Doktoral Univ. Islam Madinah

Kajian ini sangat bagus, maka admin memandang perlu membagikan 
Rekaman MP3 kajian ini, agar Ikhwan & Akhwat yang sekalian yang
"YANG SEDANG DALAM PENANTIAN"  dapat mengambil MANFAAT & FAIDAHNYA.

Minggu, 24 Agustus 2014

TATA CARA PERNIKAHAN DALAM ISLAM


Oleh: Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

Islam telah memberikan konsep yang jelas tentang tata cara pernikahan berlandaskan Al-Qur'an dan As-Sunnah yang shahih sesuai dengan pemahaman para Salafush Shalih, di antaranya adalah:
1. Khitbah (Peminangan)
Seorang laki-laki muslim yang akan menikahi seorang muslimah, hendaklah ia meminang terlebih dahulu karena dimungkinkan ia sedang dipinang oleh orang lain. Dalam hal ini Islam melarang seorang laki-laki muslim meminang wanita yang sedang dipinang oleh orang lain. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

نَهَى النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَبِيْعَ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ، وَلاَ يَخْطُبَ الرَّجُلُ عَلَى خِطْبَةِ أَخِيْهِ، حَتَّى يَتْرُكَ الْخَاطِبُ قَبْلَهُ أَوْ يَأْذَنَ لَهُ الْخَاطِبُ.

Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam melarang seseorang membeli barang yang sedang ditawar (untuk dibeli) oleh saudaranya, dan melarang seseorang meminang wanita yang telah dipinang sampai orang yang meminangnya itu meninggalkannya atau mengizinkannya.” [1]

Disunnahkan melihat wajah wanita yang akan dipinang dan boleh melihat apa-apa yang dapat mendorongnya untuk menikahi wanita itu.

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Selasa, 19 Agustus 2014

SIFAT-SIFAT BIDADARI



Sesungguhnya segala kenikmatan yang ada di surga tidak bisa dikhayalkan oleh benak kita.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ اللهُ : أَعْدَدَتُ لِعِبَادِيَ الصَّالِحِيْنَ مَا لاَ عَيْنٌ رَأَتْ وَلاَ أُذُنٌ سَمِعَتْ وَلاَ خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَر، وَاقْرَأُوا إِنْ شِئْتُمْ فَلاَ تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ

Dari Abu Huroiroh, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda :

“Allah telah berfirman : Aku telah menyiapkan bagi hamba-hambaku yang sholeh (di surga) kenikmatan-kenikmatan yang tidak pernah terlihat oleh mata-mata, dan tidak pernah terdengar oleh telinga-telinga, dan tidak pernah terbetik dalam benak manusia”,

(HR Al-Bukhari no 3072 dan Muslim no 7310)
 
Jika kalian ingin maka silahkan bacalah (firman Allah) :

فَلا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Tak seorangpun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai Balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan” (QS As-Sajdah : 17) 

Sabtu, 16 Agustus 2014

LIMA EKOR KAMBING DARI JEDDAH (kisah nyata)


Allah berfirman : 

وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُواْ إِلاَّ إِيَّـاهُ وَبِالْوَلِدَيْنِ إِحْسَـناً...
 yang artinya, 
"Dan Rabb-mu telah memerintahkan agar kamu jangan beribadah kecuali hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak..." (Surah Al Israa: 23)

Subhanallah, perintah Birrul Walidain (berbakti kepada kedua orang tua) datang setelah perintah untuk mentauhidkan Allah yang menunjukkan amalan yang paling utama setelah Tauhid adalah berbakti kepada kedua orang tua. Dan sebesar-besar dosa besar setelah dosa syirik (menyekutukan Allah) adalah dosa durhaka kepada orang tua sebagaimana disebutkan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dalam sebuah haditsnya.

Banyak orang bijak yang bertutur bahwa diantara kunci-kunci kesuksesan dalam hidup seseorang adalah dengan berbakti kepada kedua orang tua. Penulis pernah bertamu ke rumah teman di pinggiran kota Jeddah. Ada tetangganya datang bertamu, usianya sekitar 60 tahun. Dia bekerja sebagai karyawan di kantor seorang syaikh di kota Jeddah. Dia bercerita bahwa majikannya itu seorang yang kaya raya, sangat sibuk sekali dengan aktivitas dakwah, amal sosial dan bisnisnya. Beliau sangat dicintai oleh keluarganya dan masyarakat serta disegani oleh pemerintah.

Suatu hari  Ayah Syaikh yang tinggal di wilayah Al Qassem berjarak sekitar 1000 km dari

Rabu, 13 Agustus 2014

Allah Akan Menggugurkan Dosa-Dosa Orang Yang Sakit Dengan Penyakitnya.

 

BERSAMA NABI SHALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM MENJENGUK ORANG SAKIT

Kunjungan kepada orang sakit termasuk salah satu hak seorang muslim dengan muslim lainnya. Hukumnya mustahab. Supaya setiap individu tidak hanya berpikir urusan pribadinya saja, tetapi juga memiliki kepedulian kepada orang lain.
 
Untuk memotivasi umat supaya gemar melakukan kegiatan sosial ini, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

 
عَائِدُ الْمَرِيْضِ فِيْ مَخْرَفَةْ الْجَنَّةِ حَتَّى يَرْجْعَ

 

Orang yang menjenguk orang sakit akan berada di kebun-kebun surga sampai ia pulang. [HR Muslim, no. 2568].
 

Senin, 11 Agustus 2014

Pada Jilbab Kutemukan Surga Duniaku… (Puisi Muslimah)



Untuk sahabatku ukhti muslimah puisi ini kubuat………

Pada kedua orangtuaku yang mulia semoga Allah memberkahi mereka berdua dunia dan akhirat…

Pada jilbab kutemukan surga duniaku… Ketenangan hatiku ketika mematuhi perintahNya…

Tak ingin aku melepasnya ketika keluar rumah walau sesaat…

Karena padanya kecintaan dan keridhaan Rabbku pasti kudapat…

Tidaklah aku ingin mengenakannya karena ingin menjadi muslimah yang ta’at…

Kamis, 07 Agustus 2014

WAHAI PARA SUAMI, MARI PERBAGUS MUAMALAH DENGAN ISTRI KITA.

Bagi para istri cinta kasih dan perhatian seorang suami terhadap mereka akan sangat mempengaruhi suasana hati dan denyut cinta di hati seorang istri….

Berapa banyak kita saksikan seorang wanita yang telah di tinggal mati suaminya tidak ingin menikah lagi karena terkenang dengan kebaikan-kebaikan dan cinta kasih mendiang suaminya….

Bahkan setiap teringat akan mendiang suaminya terucaplah istighfar dan doa untuk mendiang suaminya…*

Hatinya tertutup untuk melirik dan merajut kehidupan pada laki-laki lain karena kebaikan mendiang suaminya telah menyatu dalam hati sanubarinya hingga iapun bersabar hidup di dunia rela menunggu dengan kesendirian hingga ajal menjemputnya.

Alangkah bahagianya sang suami yang telah menjadi penghuni kubur karena mendapatkan doa dan istighfar dari istrinya.

Selasa, 05 Agustus 2014

Antara Godaan Wanita dan Godaan Setan, Mana yang Lebih Dahsyat?



Allah ta’ala berfirman tentang godaan wanita,
إِنَّ كَيْدَكُنَّ عَظِيمٌ
“Sesungguhnya tipu daya (godaan) kalian wahai para wanita begitu besar.” [Yusuf: 28]

Allah ta’ala berfirman tentang godaan setan,
إِنَّ كَيْدَ الشَّيْطَانِ كَانَ ضَعِيفًا
“Sesungguhnya tipu daya (godaan) setan itu lemah.” [An-Nisa: 76]

Asy-Syaikh Muhammad Al-Amin Asy-Syinqithi rahimahullah berkata,
هَذِهِ الْآيَةُ الْكَرِيمَةُ إِذَا ضُمَّتْ لَهَا آيَةٌ أُخْرَى حَصَلَ بِذَلِكَ بَيَانُ أَنَّ كَيْدَ النِّسَاءِ أَعْظَمُ مِنْ كَيْدِ الشَّيْطَانِ
“Ayat yang mulia ini (An-Nisa: 76), apabila dipadukan dengan ayat yang lain (Yusuf: 28), maka hasilnya adalah penjelasan bahwa tipu daya (godaan) wanita lebih dahsyat dibanding tipu daya (godaan) setan.” [Adhwaul Bayan fi Idhahil Qur’an bil Qur’an, 2/217]

Jumat, 11 Juli 2014

KELUARNYA DAJJAL (lanjutan Munculnya Imam Mahdi)

Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas 

Pemahaman Ahlus Sunnah tentang Dajjal sebagai berikut:

1. Siapakah Dajjal?
Dajjal adalah seorang anak Adam yang mempunyai ciri-ciri yang jelas, akan dapat dikenali oleh setiap mukmin apabila ia telah keluar, sehingga mereka tidak terkena fitnahnya. Fitnah Dajjal adalah fitnah yang paling besar di muka bumi.


2. Di Antara Ciri-Ciri Dajjal
Seorang yang masih muda, wajahnya merah, pendek, kakinya bengkok, rambutnya keriting, mata sebelah kanannya buta (menonjol keluar) bagaikan buah anggur yang mengapung, di atas mata kirinya ada daging tumbuh, tertulis di antara kedua matanya: ك ف ر /كافر (kafir) dapat dibaca oleh setiap Mukmin yang bisa baca tulis dan yang tidak bisa baca tulis. Dajjal adalah seorang yang mandul tidak mempunyai anak.

Rabu, 09 Juli 2014

MUNCULNYA IMAM MAHDI

Oleh:
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

Salah satu tanda Kiamat yang besar adalah munculnya Imam Mahdi. Ahlus Sunnah memahami Imam Mahdi sebagai berikut: [1]
Di akhir zaman akan muncul seorang laki-laki dari Ahlul Bait. Allah memberi kekuatan kepada agama Islam dengannya. Dia memerintah selama 7 tahun, memenuhi dunia dengan keadilan setelah (sebelumnya) dipenuhi oleh kezhaliman dan kezhaliman. Ummat di zamannya akan diberikan kenikmatan yang belum pernah diberikan kepada selainnya. Bumi mengeluarkan tumbuh-tumbuhannya, langit menurunkan hujan, dan dilimpahkan harta yang banyak.


Orang ini mempunyai nama seperti nama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan nama ayahnya seperti nama ayah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Jadi, namanya Muhammad atau Ahmad bin ‘Abdullah. Dia dari keturunan Fathimah binti Muhammad dari anaknya Hasan bin ‘Ali Radhiyallahu anhum. Di antara ciri-ciri fisiknya adalah lebar dahinya, dan mancung hidungnya.


Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Al-Mahdi akan muncul dari arah timur, bukan dari Sirdab Samira’ sebagaimana yang disangka oleh kaum Syi’ah (Rafidhah). Mereka menunggu sampai sekarang, padahal persangkaan mereka itu adalah igauan semata, pemikiran yang sangat lemah dan gila yang dimasukkan oleh syaithan. Persangkaan mereka tidak mempunyai alasan baik dari Al-Qur-an maupun As-Sunnah, bahkan tidak sesuai dengan akal yang sehat.”[2]


Di antara dalil dari Sunnah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam yang shahih tentang munculnya al-Mahdi adalah:

Senin, 30 Juni 2014

MENGENAL ISTRI-ISTRI RASULULLAH



Salah satu aturan syariat yang hanya berlaku untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau diizinkan untuk menikahi lebih dari 4 wanita. Setiap orang yang memahami sejarah dakwah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan benar, akan berkesimpulan, pernikahan yang beliau lakukan sangat sarat dengan tujuan yang mendukung dakwah.
Beliau pernah melangsungkan akad nikah dengan 13 wanita. Dua diantaranya meninggal sebelum beliau: Khadijah dan Zainab bintu Khuzaimah. Dua istri beliau belum dikumpuli, yang ini tidak kita bahas. Sisanya, sembilan istri beliau lainnya yang bertahan hingga beliau wafat.
Pembahasan kita arahkan untuk 11 ummahatul mukminin, para istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang membangun keluarga bersama beliau,

1. Khadijah bintu Khuwailid radhiyallahu ‘anha

Minggu, 29 Juni 2014

Turunnya Nabi ‘Isa ‘Alaihissalam di Akhir Zaman

 

Allah Ta’ala berfirman:
 
إِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى إِنِّي مُتَوَفِّيكَ وَرَافِعُكَ إِلَيَّ وَمُطَهِّرُكَ مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا وَجَاعِلُ الَّذِينَ اتَّبَعُوكَ فَوْقَ الَّذِينَ كَفَرُوا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ

“(Ingatlah), ketika Allah berfirman: ‘Wahai ‘Isa, Aku mengambilmu dan mengangkatmu kepada-Ku, serta mensucikanmu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikutimu di atas orang-orang yang kafir hingga hari Kiamat…” (QS. Ali Imran: 55).1

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

Selasa, 24 Juni 2014

RAMADHAN BERSAMA PARA ULAMA SALAF


Generasi as-salafush shalih mereka adalah orang-orang yang mengetahui betapa berharganya bulan yang penuh barakah ini, mereka melewati bulan tersebut dengan penuh keseriusan dan bersungguh-sungguh untuk melakukan amal shalih dengan mengharapkan ridha Allah dan mengharap ganjaran-Nya. Telah tetap bahwasanya mereka dahulu berdo’a kepada Allah selama 6 bulan agar Allah menyampaikan mereka kembali kepada Ramadhan kemudian mereka juga berdo’a kepada-Nya selama 6 bulan agar Dia menerima amalan-amalan mereka.
          Abdul Aziz bin Abi Daud berkata : “Aku mendapati mereka bersungguh-sungguh dalam beramal shalih. Ketika mereka telah melakukannya, mereka pun ditimpa kekhawatiran, apakah amalan mereka diterima atau tidak.”
          Maka kemarilah wahai saudaraku yang mulia! Kita lihat sebagian keadaan para salaf ketika bulan Ramadhan dan bagaimana semangat, keinginan yang kuat, dan kesungguhan mereka dalam beribadah agar kita bisa berupaya meneladaninya, dan agar kita termasuk orang yang mengerti kedudukan bulan Ramadhan ini sehingga kita pun mau serius beramal shalih padanya.

Pertama’Ulama Salaf dan Membaca Al-Quran.

Senin, 23 Juni 2014

BEKAL MENYAMBUT RAMADHAN



oleh: Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.

Tinggal menunggu hitungan jam kita akan memasuki bulan penuh barokah, Ramadhan mubarok. Kita akan melihat tiga bekal yang semestinya disiapkan sebelum memasuki bulan Ramadhan yang kami simpulkan dari wejangan para ulama. Tiga bekal tersebut adalah:


Pertama: Bekal ilmu.

Bekal ini amat utama sekali agar ibadah kita menuai manfaat, berfaedah, dan tidak asal-asalan. ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz berkata,

مَنْ عَبَدَ اللهَ بِغَيْرِ عِلْمٍ كَانَ مَا يُفْسِدُ أَكْثَرَ مِمَّا يُصْلِحُ

Barangsiapa yang beribadah kepada Allah tanpa ilmu, maka dia akan membuat banyak kerusakan daripada mendatangkan kebaikan.”  (Al Amru bil Ma’ruf, hal. 15).