Rabu, 29 Oktober 2014

SEPENGGAL KISAH WAFATNYA RASULULLAH shallallahu’alaihiwasallam



 Oleh: Ustadz Abdullah Zaen, Lc, MA

Di antara penggalan sejarah yang bertaburkan banyak hikmah mulia dan pesan istimewa; kejadian meninggalnya Nabi kita Muhammad shallallahu’alaihiwasallam.


Peristiwa wafatnya Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam merupakan musibah terbesar umat ini dan menorehkan duka yang begitu mendalam di hati mereka. Namun detik-detik peristiwa wafatnya Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam dan berbagai kejadian di hari-hari terakhir beliau di dunia yang fana ini, memberikan begitu banyak pelajaran berharga untuk kita.[1]


Saat beliau menderita sakit parah menjelang wafatnya, para sahabat datang silih berganti untuk membesuk. Di antara mereka, adalah Abu Sa’id al-Khudry radhiyallahu’anhu. Dia bercerita,

“دَخَلْتُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يُوعَكُ، فَوَضَعْتُ يَدِي عَلَيْهِ، فَوَجَدْتُ حَرَّهُ بَيْنَ يَدَيَّ فَوْقَ اللِّحَافِ”.


“Aku mengunjungi Nabi shallallahu’alaihiwasallam, saat beliau dalam keadaan sakit parah. Aku pun meletakkan tanganku di atasnya. Hingga aku bisa merasakan panasnya tubuh beliau, padahal saat itu aku meletakkan tanganku di atas selimut yang dipakainya”. HR. Ibnu Majah (IV/111 no. 4096 no. 4096) dan sanadnya dinilai sahih oleh al-Bushiry.


Dalam kondisi separah itu, Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam masih tetap pergi ke masjid untuk mengimami para sahabatnya. Ummul Fadhl radhiyallahu’anha bercerita,  

“خَرَجَ إِلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ عَاصِبٌ رَأْسَهُ فِي مَرَضِهِ، فَصَلَّى الْمَغْرِبَ فَقَرَأَ بِالْمُرْسَلَاتِ. قَالَتْ: فَمَا صَلَّاهَا بَعْدُ حَتَّى لَقِيَ اللَّهَ”.


“Saat sakit, Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam keluar (dari rumahnya) menuju ke kami (yang saat itu sedang menunggu di masjid). Beliau mengikatkan kain di kepalanya (untuk mengurangi rasa pening). Lalu beliau mengimami kami shalat Maghrib, dan membaca surat al-Mursalat. Itulah shalat Maghrib terakhir beliau sebelum bertemu dengan Allah”. HR. Tirmidzy (hal. 86 no. 308) dan dinyatakan hasan sahih oleh beliau.

Perlu dicatat di sini bahwa surat al-Mursalat terdiri dari lima puluh ayat!


Kaum muslimin dan muslimat yang kami hormati… 

Bagaimana dengan hari-hari terakhir beliau setelah menunaikan shalat di rumahnya? Mari kita dengarkan Ummul mukminin Aisyah radhiyallahu’anha mengisahkannya,

“ثَقُلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: “أَصَلَّى النَّاسُ؟”. قُلْنَا: “لَا هُمْ يَنْتَظِرُونَكَ”. قَالَ: “ضَعُوا لِي مَاءً فِي الْمِخْضَبِ”. قَالَتْ: فَفَعَلْنَا فَاغْتَسَلَ فَذَهَبَ لِيَنُوءَ فَأُغْمِيَ عَلَيْهِ.


ثُمَّ أَفَاقَ فَقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “أَصَلَّى النَّاسُ؟” قُلْنَا: “لَا، هُمْ يَنْتَظِرُونَكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ”. قَالَ: “ضَعُوا لِي مَاءً فِي الْمِخْضَبِ” قَالَتْ فَقَعَدَ فَاغْتَسَلَ ثُمَّ ذَهَبَ لِيَنُوءَ فَأُغْمِيَ عَلَيْهِ.


ثُمَّ أَفَاقَ فَقَالَ: “أَصَلَّى النَّاسُ؟” قُلْنَا: “لَا هُمْ يَنْتَظِرُونَكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ”. فَقَالَ: “ضَعُوا لِي مَاءً فِي الْمِخْضَبِ” فَقَعَدَ فَاغْتَسَلَ ثُمَّ ذَهَبَ لِيَنُوءَ فَأُغْمِيَ عَلَيْهِ.


ثُمَّ أَفَاقَ فَقَالَ: “أَصَلَّى النَّاسُ؟” فَقُلْنَا: “لَا هُمْ يَنْتَظِرُونَكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ” وَالنَّاسُ عُكُوفٌ فِي الْمَسْجِدِ يَنْتَظِرُونَ النَّبِيَّ عَلَيْهِ السَّلَام لِصَلَاةِ الْعِشَاءِ الْآخِرَةِ, فَأَرْسَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى أَبِي بَكْرٍ بِأَنْ يُصَلِّيَ بِالنَّاسِ. فَأَتَاهُ الرَّسُولُ فَقَالَ: “إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْمُرُكَ أَنْ تُصَلِّيَ بِالنَّاسِ” فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ, وَكَانَ رَجُلًا رَقِيقًا: “يَا عُمَرُ صَلِّ بِالنَّاسِ” فَقَالَ لَهُ عُمَرُ: “أَنْتَ أَحَقُّ بِذَلِكَ” فَصَلَّى أَبُو بَكْرٍ تِلْكَ الْأَيَّامَ.


 “Saat sakit Nabi shallallahu’alaihiwasallam semakin parah, beliau berkata, “Sudah shalatkah orang-orang?”.

“Belum, mereka menunggumu” jawab kami.

“Ambilkan untukku air di ember” perintah beliau.

Kami segera melakukan perintahnya, lalu beliau mandi. Tatkala akan bangkit berdiri, beliau tidak sadarkan diri.


Kemudian saat siuman beliau bertanya, “Sudahkah orang-orang shalat?”.

“Belum, mereka menunggumu wahai Rasulullah” jawab kami.

“Ambilkan untukku air di ember” perintah beliau.

Beliau duduk lalu mandi. Tatkala akan bangkit berdiri, beliau kembali tidak sadarkan diri.


Setelah siuman beliau bertanya, “Sudahkah orang-orang shalat?”.

“Belum, mereka menunggumu wahai Rasulullah” jawab kami.

“Ambilkan untukku air di ember” perintah beliau.

Beliau duduk lalu mandi. Tatkala akan bangkit berdiri, beliau kembali tidak sadarkan diri.

 Kemudian saat siuman beliau bertanya, “Sudahkah orang-orang shalat?”.

“Belum, mereka masih menunggumu wahai Rasulullah” jawab kami.

Saat itu para sahabat berdiam di masjid menunggu kedatangan Nabi shallallahu’alaihiwasallam untuk mengimami shalat Isya di akhir malam.


Nabi shallallahu’alaihiwasallam mengirim utusan ke Abu Bakar, memerintahkan beliau mengimami orang-orang.

Utusan Rasul mendatangi Abu Bakar seraya berkata, “Sesungguhnya Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam menginstruksikan padamu agar engkau mengimami kaum muslimin”.

Jumat, 24 Oktober 2014

RUMAH TANGGA ADALAH NIKMAT



 Surat terbuka untuk para istri (Bagian 1): 

Rumah tangga merupakan perkara yang sangat pokok bagi kehidupan manusia. Bahkan Rasulullah shallallahu’alahihiwasallam menyatakan bahwa seorang yang telah berumah tangga, berarti ia telah menyempurnakan separuh agamanya. Kata beliau,

“إِذَا تَزَوَّجَ الْعَبْدُ فَقَدْ كَمُلَ نِصْفُ الدِّيْنِ، فَلْيَتَّقِ اللهَ فِي النِّصْفِ الْبَاقِي”.

“Apabila seorang hamba menikah berarti separuh agamanya telah sempurna. Maka hendaklah ia bertakwa kepada Allah dalam menjaga setengah yang tersisa”.HR. Al-Baihaqy dalam Syu’ab al-Iman dan dinyatakan hasan oleh Syaikh al-Albany.

Senin, 20 Oktober 2014

MENGAPA MEREKA MENUTUP WAJAH (BERCADAR)


                                                                

Sebagian orang berkata: Wanita jangan bercadar karena wajah bukan aurat.

Jawaban: Kalau begitu lelaki kemana-mana juga pakai baju cukup menutup dari pusar sampai lutut saja, jangan lebih, karena hanya itu aurat lelaki. Jadi jangan pakai jas, baju lengan panjang, celana panjang sampai dibawah lutut, kaos kaki, dll.

Sebagian berkata: Jangan bercadar karena tidak bisa dikenali.

Jawaban: Dikenali oleh siapa? Bukankah lelaki pun juga sering menutup tubuhnya sampai tidak bisa dikenali? misalnya memakai masker/penutup wajah, terutama saat di jalan, atau naik mobil yg berkaca gelap sehingga orang disekitarnya tidak bisa mengenalinya. Bahkan terkadang lelaki membeli bensin di pom sambil wajahnya tertutup masker dan helm sampai tak bisa dikenali (padahal transaksi jual beli). Tidak penting untuk dikenali lelaki yang bukan mahrom, justru banyak dampak negatifnya. Adapun pada kondisi2 penting/darurat yg memerlukan wajahnya dilihat untuk identifikasi maka boleh saja muslimah wajahnya diperlihatkan kepada lelaki yg bukan mahrom. Namun bukan obral diperlihatkan setiap saat. Lagipula, jika hanya bersama sesama wanita dan tidak terlihat lelaki yang bukan mahrom tentu tidak perlu bercadar.

Minggu, 12 Oktober 2014

KISAH CINTA KARENA KECANTIKAN

 
Pada suatu hari Abdurrahman bin Abi Bakar radhiallahu ‘anhu bepergian ke Syam untuk berniaga. Di tengah jalan, ia melihat seorang wanita berbadan semampai, cantik nan rupawan bernama Laila bintu Al Judi. Tanpa diduga dan dikira, panah asmara Laila melesat dan menghujam hati Abdurrahman bin Abi Bakar radhiallahu ‘anhu. Maka sejak hari itu, Abdurrahman radhiallahu ‘anhu mabok kepayang karenanya, tak kuasa menahan badai asmara kepada Laila bintu Al Judi. 
Sehingga Abdurrahman radhiallahu ‘anhu sering kali merangkaikan bair-bait syair, untuk mengungkapkan jeritan hatinya. Berikut di antara bait-bait syair yang pernah ia rangkai:

Aku senantiasa teringat Laila yang berada di seberang negeri Samawah
Duhai, apa urusan Laila bintu Al Judi dengan diriku?
Hatiku senantiasa diselimuti oleh bayang-bayang sang wanita
Paras wajahnya selalu membayangi mataku dan menghuni batinku.
Duhai, kapankah aku dapat berjumpa dengannya,
Semoga bersama kafilah haji, ia datang dan akupun bertemu.