Selasa, 28 Januari 2014

Kisah Menakjubkan: Mereka Orang Yang Shalih, Tapi Tidak Mau Dikenal...

Dari Muhammad bin Al-Munkadir diriwayatkan bahwa ia menceritakan, “Aku memiliki tempat di belakang tembok di masjid Rasulullah Shalallahu ‘alayhi wa ‘ala aalihi wa sallam yang mana aku biasa shalat menghadapnya (sebagai suthrah) di malam hari. Suatu kali penduduk Madinah mengalami paceklik. Maka mereka pun keluar melakukan shalat istisqa’ (untuk memohon hujan kepada Allah). Namun hujan tidak juga turun. Pada malam harinya, seperti biasa aku shalat di akhir waktu di masjid Rasulullah, lalu aku mendatangi tempat khususku dan menyandarkan tubuhku di sana (istirahat).
 
Tiba-tiba datang seorang lelaki hitam legam bertutup kepala kuning, mengenakan sarung, dan di atas lehernya tergantung kain yang lebih kecil lagi. Lalu lelaki itu mendekati tempat di depanku, sementara (tanpa dia ketahui) aku berada di belakangnya. Kemudian shalat dua rakaat lalu duduk seraya berdo’a, “Wahai Rabbku. Para penduduk Al-Haram kota NabiMu telah keluar meminta hujan, namun Engkau tidak juga mencurahkan hujan. Kini aku bersumpah atas NamaMu, turunkanlah hujan.” Ibnu Munkadir bergumam, ‘Jangan-jangan ini orang gila.’

Tatkala lelaki itu meletakkan tangannya, tiba-tiba aku mendengar suara guntur, diikuti dengan hujan yang turun dari langit yang menyebabkan diriku berkeinginan segera kembali ke keluargaku. Ketika ia mendengar suara hujan, ia memuji Allah dengan berbagai pujian yang belum pernah kudengar yang semacam itu sebelumnya.
Kemudian lelaki itu berkata,’Siapa aku, dan apa kedudukanku, sehingga Engkau mengabulkan do’aku. Akan tetapi aku tetap berlindung dengan memuji diriMu dan berlindung dengan pertolonganMu.’

Sabtu, 25 Januari 2014

SUAMI PILIHAN


Layaknya bahtera berlayar mengarungi lautan, kadang terguncang ombak besar dan terpaan angin kencang. Saat itulah, sangat diperlukan keberadaan nahkoda yang handal. Nahkoda yang tenang dalam menghadapi masalah, cerdas dalam mengambil keputusan, tegas dalam menentukan kebijaksanaan, dan handal dalam menjalankan kepemimpinan. Agar bahtera dapat sampai dengan selamat sampai tujuan.







Begitu pula menjalani kehidupan rumah tangga, tentu tidak selalu harum betabur bunga indah penuh warna-warni. Kadang muncul riak-riak atau bahkan ombak yang menghadang keharmonisannya. Saat itulah diperlukan sosok suami yang tangguh dalam kepemimpinan. Figur yang menghantarkan pada keselamatan dunia dan akhirat.

Hal ini tentunya dimulai dengan usaha mencari calon suami yang shalih sebagai pemimpin keluarga. Menjadi tugas para wali dari pihak wanita untuk memilihkan teman hidup yang mempunyai kualitas agama yang baik. Sehingga hal ini akan mendukung kualitas keshalihan istri dan anak-anaknya.

Apalagi yang diharapkan seorang wanita kecuali kebahagiaan tatkala pendamping hidup yang mengiringi hari-harinya adalah lelaki shalih. Bukan hanya satu kebahagiaan yang direngkuh melainkan dua kebahagiaan. Tiada berakhir nikmat bahagia itu saat meninggalkan dunia, namun akan tetap ada ketika berpindah ke negeri akhirat. Karunia yang demikian besar tentunya. Tidak ada karunia yang melebihi mendapatkan kebahagiaan di dua negeri.

Minggu, 19 Januari 2014

Keluarga "Kisah Istri Sholehah…" (Berhak Untuk Dibaca…!!)

Seorang istri menceritakan kisah suaminya pada tahun 1415 H, ia berkata :

Suamiku adalah seorang pemuda yang gagah, semangat, rajin, tampan, berakhlak mulia, taat beragama, dan berbakti kepada kedua orang tuanya. Ia menikahiku pada tahun 1390 H. Aku tinggal bersamanya (di kota Riyadh) di rumah ayahnya sebagaimana tradisi keluarga-keluarga Arab Saudi. Aku takjub dan kagum dengan baktinya kepada kedua orang tuanya. Aku bersyukur dan memuji Allah yang telah menganugerahkan kepadaku suamiku ini. Kamipun dikaruniai seorang putri setelah setahun pernikahan kami.

Lalu suamiku pindah kerjaan di daerah timur Arab Saudi. Sehingga ia berangkat kerja selama seminggu (di tempat kerjanya) dan pulang tinggal bersama kami seminggu. Hingga akhirnya setelah 3 tahun, dan putriku telah berusia 4 tahun… Pada suatu hari yaitu tanggal 9 Ramadhan tahun 1395 H tatkala ia dalam perjalanan dari kota kerjanya menuju rumah kami di Riyadh ia mengalami kecelakaan, mobilnya terbalik. Akibatnya ia dimasukkan ke Rumah Sakit, ia dalam keadaan koma. Setelah itu para dokter spesialis mengabarkan kepada kami bahwasanya ia mengalami kelumpuhan otak. 95 persen organ otaknya telah rusak. Kejadian ini sangatlah menyedihkan kami, terlebih lagi kedua orang tuanya lanjut usia. Dan semakin menambah kesedihanku adalah pertanyaan putri kami (Asmaa') tentang ayahnya yang sangat ia rindukan kedatangannya. Ayahnya telah berjanji membelikan mainan yang disenanginya…

Jumat, 17 Januari 2014

Mereka Yang Diinginkan Kebaikan Oleh Allah

Siapakah diantara kita yang tidak ingin diberikan kebaikan oleh Allah? Namun di sana, ada orang-orang yang diinginkan kebaikan oleh Allah Azza waJalla. Semoga kita termasuk dari mereka:

1. Dibukanya pintu amal sebelum kematian menjelang.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إذا أراد الله بعبد خيرا استعمله قيل : ما يستعمله ؟ قال : يفتح له عملا صالحا بين يدي موته حتى يرضي عليه من حوله
“Apabila Allah menginginkan kebaikan kepada seorang hamba, Allah akan jadikan ia beramal.” Dikatakan, “Apakah dijadikan beramal itu?” Beliau bersabda, “Allah bukakan untuknya amalan shalih sebelum meninggalnya, sehingga orang-orang yang berada di sekitarnya ridla kepadanya.” (HR Ahmad dan Al Hakim dari Amru bin Al Hamq).[1]

2. dipercepat sanksinya di dunia.

Minggu, 05 Januari 2014

KEUTAMAAN ABU BAKAR DAN UMAR DI ATAS ALI RADHIALLAHU ‘ANHUM

Di antara alasan kaum Syi’ah Rafidlah yang menganggap bahwa Ali radhiyallahu ‘anhu lebih berhak menjadi khalifah adalah:
1. Mereka menganggap Ali radhiyallahu ‘anhu lebih utama daripada Abu Bakar dan Umar radhiyallahu ‘anhuma.
2. Ali radhiyallahu ‘anhu termasuk keluarga Rasulullah (ahlul bait).
3. Wasiat Rasulullah di Ghadir Qum.

Kita jawab alasan mereka satu persatu:

Pertama pendapat mereka tentang keutamaan Ali radhiyallahu ‘anhu di atas Abu Bakar dan Umar radhiallahu ‘anhuma.

Pendapat ini menyelisihi hadits Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam dan ijma’ kesepakatan para shahabat dan seluruh kaum muslimin. Bahkan menyelisihi ucapan Ali radhiallahu ‘anhu sendiri.