Senin, 28 April 2014

“Saya Tidak Tahu”


سم الله الرحمن الرحيم
Syariat Mengucapkan “Allahu A’lam” atau “Saya Tidak Tahu”

Di antara adab yang diajarkan oleh syariat kepada kita ketika ditanya tentang suatu perkara yang dia tidak mengetahuinya adalah mengucapkan jawaban “Allahu a’lam” (Allah lebih mengetahuinya) ataupun dengan jawaban “saya tidak tahu”. Janganlah seseorang itu mencoba-coba untuk menjawab dan menjelaskan tentang perkara yang tidak diketahuinya. Janganlah pula dia merasa enggan dan malu untuk mengakui bahwasanya dia tidak mengetahui jawaban atas perkara yang ditanyakan dengan mengatakan “saya tidak tahu”.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا

“Janganlah kamu mengatakan apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungan jawabnya.” [QS Al Isra`: 36]

Sabtu, 19 April 2014

RASA CINTA & KETENANGAN RUMAH TANGGA

Dan di antara kebaikan dari Allah Subhanahu wata’ala, adalah menciptakan ketenangan dalam pasangan hidup, sebagaimana firman Allah Subhanahu wata’ala,

وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (ar Ruum: 21)

Rasa cinta yang tumbuh antara suami istri adalah anugerah dari Allah Ta’ala, dan cinta ini adalah sesuatu yg mubah dan naluri dan ini diperbolehkan karena cinta asmara kepada pasangan hidupnya yang sah, dan ini terpuji bahkan kesempurnaan yang harus dimiliki setiap suami istri.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, makhluk Allah Subhanahu wa Ta’ala yang paling mulia dan sosok yang paling sempurna, dianugerahi rasa cinta kepada para istrinya. Beliau nyatakan dalam sabdanya:
حُبِّبَ إِلَيَّ مِنَ الدُنْيَا النِّسَاءُ وَ الطِّيْبُ، وَجُعِلَ قُرَّةُ عَيْنِيْ فِي الصَّلاَةِ
“Dicintakan kepadaku dari dunia kalian, para wanita (istri) dan minyak wangi, dan dijadikan penyejuk mataku di dalam shalat.” (HR. Ahmad 3/128, 199, 285, An-Nasa`i no. 3939 kitab ‘Isyratun Nisa’ bab Hubbun Nisa`. Dihasankan Asy Syaikh Muqbil bin Hadi Al Wadi’i Rahimahullahu dalam Ash Shahihul Musnad Mimma Laisa fish Shahihain (1/82))

Rabu, 16 April 2014

Shalat Tapi Masih Maksiat?

Oleh: Ustadz Abu Abdillah Ahmad Zain, Lc
Pertanyaan:
Assalamu’laikum. Pak Ustadz, ada sebuah pertanyaan dari teman di Indonesia, yang saya kurang bisa menjawabnya, boleh saya menanyakan sesuatu?

Begini, kan Shalat itu untuk mencegah perbuatan keji dan munkar, bagaimana jika ada orang (katakanlah si fulan), dia tetap mengerjakan shalat, tapi ia tetap melakukan maksiat?

Si Fulan ini gemar melakukan maksiat, ia suka berzinah, atau berjudi , atau minum2.

Katakanlah, ia melakukan hanya salah satu perbuatan maksiat tersebut diatas. Misalnya, si Fulan ini shalatnya rajin, tetap kadang2 ia suka melakukan zina, tetapi setelah itu ia shalat, tetapi selang beberapa waktu kemudian berzina lagi, dengan anggapan daripada tidak shalat sama sekali, berzina sudah melakukan suatu dosa, kalau tidak shalat, maka dosanya menjadi 2x lipat.

Begitu juga dengan si A, orang yg suka berjudi, judi jalan terus, shalatpun tidak ketinggalan.

Kalau begitu apa fungsi shalat bagi mereka? hanya sekedar kewajiban?

Apakah shalatnya diterima? atau karena ia merasa tidak mau mendapatkan dosa 2x lipat sehingga shalatnya tetap tdk ditinggalkan?