Rabu, 17 Juni 2015

SETAN DIBELENGGU, MAKSIAT KOK MASIH ADA ?




Sering kita dengar ketika ceramah menjelang Ramadhan atau selama Ramadhan bahwa setan dibelenggu selama bulan Ramadhan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إذا جاء رمضان فتحت أبواب الجنة وغلقت أبواب النار، وصفدت الشياطين
Jika telah datang bulan Ramadhan, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu[1]

Beliau juga bersabda,
إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِرَمَضَانَ صُفِّدَتِ الشَّيَاطِيْنُ وَمَرَدَةُ الْجِنِّ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ. وَفُتِحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ، وَيُنَادِي مُنَادٍ: يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ، وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ، وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنَ النَّارِ، وَ ذَلِكَ كُلَّ لَيْلَةٍ
Apabila datang awal malam dari bulan Ramadhan, setan-setan dan jin-jin yang sangat jahat dibelenggu, pintu-pintu neraka ditutup tidak ada satu pintupun yang terbuka, sedangkan pintu-pintu surga dibuka tidak ada satu pintupun yang ditutup. Dan seorang penyeru menyerukan: ‘Wahai orang yang menginginkan kebaikan kemarilah. Wahai orang-orang yang menginginkan kejelekan tahanlah.’ Dan Allah memiliki orang-orang yang dibebaskan dari neraka, yang demikian itu terjadi pada setiap malam.”[2]

Akan tetapi kita melihat tetap ada maksiat selama bulan Ramadhan?

Minggu, 07 Juni 2015

JALANNYA ORANG-ORANG TERASING



www.abubassam19.blogspot.com

   Terasing merupakan suatu kondisi yang tidak mengenakkan bagi setiap atau sekelompok orang karena identik dengan kesendirian, jauh dari keramaian manusia bahkan bisa jadi jauh dari keluarga maupun orang tua. Terasing juga terkadang dekat dengan kekurangan dari bahan makanan ataupun minuman sebagaimana pengembara yang jauh dari rumah tinggalnya, ketika malam hari seringkali cuaca dingin menjadi selimutnya serta berkarib dengan teriknya matahari pada siang harinya. Orang yang terasing seringkali dicurigai sebagaimana sebuah pepatah kata  don’t talk with  strangers” yang artinya “jangan berbicara dengan orang asing” sebagai upaya pencegahan agar terhindar dari kejelekan orang asing tersebut. 

Namun menjadi orang yang terasing tidaklah menjadikan kita bersedih hati apabila keterasingan tersebut dalam rangka menjauhi sesuatu yang Allah Tabaraka wa Ta’ala dan Rasul-Nya telah melarangnya, ataupun keterasingan tersebut dalam rangka kita menta’ati Allah dan Rasul-Nya. Orang-orang yang terasing bahkan diminta untuk berbahagia oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana dalam hadits dari Abu Hurairah Radhiallaahu'anhu, dia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Islam dimulai dalam kondisi asing, dan akan kembali sebagaimana ia dimulai (sebagai sesuatu yang) asing; maka berbahagialah bagi kaum ghuraba' (orang-orang yang asing tersebut)" (H.R. Muslim). Ghuraba’ atau orang-orang yang asing tersebut, tidaklah bermakna secara fisik seperti seseorang hidup di negeri orang lain (bukan negeri sendiri) sebagai orang asing, akan tetapi bermakna bahwa seseorang dalam ke-istiqamah-annya, ibadahnya, berpegang teguh dengan agama dan menghindari fitnah-fitnah yang timbul adalah merupakan orang yang asing di tengah kaum yang tidak memiliki prinsip seperti demikian (Karakteristik Kaum Ghuraba’, 2004). 

Oleh karena itu marilah kita memilih jalannya orang-orang yang terasing (Ghuraba’), yaitu: