Jumat, 20 Mei 2016

RENUNGAN BAGI LELAKI YANG MENCINTAI ISTRINYA




Oleh : Ustadz Fadlan Fahamsyah, Lc. M.H.I - Dosen STAI Ali bin Abi Thalib Surabaya - hafizhahullah


Rumah tanggamu adalah kehormatanmu...

Hati-hatilah wahai hamba Allah....

Jangan engkau membantu syetan untuk menghancurkan rumah tanggamu sendiri.....

Berapa banyak rumah tangga yang kokoh, tinggi, tegak, indah dan menawan namun hancur berantakan karena dipicu hadirnya pihak ketiga...cinta yang tak diundang... perasaan yang terlarang...

Waspadalah dengan FITNAH MEDSOS...

Bermula dari komunikasi, chattingan, kenalan ringan..berlanjut dengan curhat...hingga lambat laun namun pasti timbulah cinta yang tertanam

Hati-hatilah....wahai para lelaki....

Jangan anda merasa aman ketika istri anda begitu sibuk di dunia maya...hari-harinya disibukkan dengan dunia mayanya...sampai ia melupakan dunia nyatanya, di kamar dia pegang hape...di dapur pegang hape...bahkan ketika mengajari anakmu pun dia pegang hape...

Bertaqwalah kepada Allah wahai kaum lelaki...bagaimana engkau bisa meninggalkan istrimu di rumah, engkau sibuk bekerja mencari rupiah sedang istrimu tanpa kau sadari mencari kesibukan lain, ingin mengusir sepinya, mulailah ia mencari teman curhat, ...menceritakan aibmu ke lelaki lain...dan bahkan istrimu memuji laki2 lain yang tidak pernah menafkahinya...kamulah yg menafkahinya tapi ....ia keluhkan kekuranganmu di depan lelaki selainmu....

Ketika semua itu sudah tertanam...mulailah hilang cintanya kepadamu..angan2nya selalu terbang dengan teman yang terlarang...dia tidak memperdulikan lagi anakmu, dirimu dan kehormatan keluargamu

Bahkan terkadang ia merengek-merengek kepadamu minta smartphone yang mahal...untuk apa?....dan atas dasar apa? Apakah smartphone mahal itu bisa menjadikan istrimu lebih mencintaimu???...apakah smartphone yang mahal itu bisa menambah cepat hapalan anakmu????...tidak...sekali lagi tidak...

Justru makin menjauhkan kamu darinya...dan mendekatkan orang yang jauh menuju kepadanya....

Dan bagi Anda..

Jumat, 13 Mei 2016

Video Nasehat: Carilah Jodoh Yang Sepadan (Sekufu)




- Ustadz Subhan Bawazier Hafizhahullah-

Yang dimaksud dengan sekufu secara bahasa adalah sebanding dalam hal kedudukan, Atau dengan kata lain kesetaraan dalam agama dan status sosial. Banyak dalil yang menunjukkan anjuran ini. Di antaranya firman Allah Ta’ala,

الْخَبِيثَاتُ لِلْخَبِيثِينَ وَالْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَاتِ وَالطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِينَ وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَاتِ

“Wanita-wanita yang keji untuk laki-laki yang keji. Dan laki-laki yang keji untuk wanita-wanita yang keji pula. Wanita-wanita yang baik untuk laki-laki yang baik. Dan laki-laki yang baik untuk wanita-wanita yang baik pula.” (QS. An Nur: 26)
Salah satu hikmah dari anjuran ini adalah kesetaraan dalam agama dan kedudukan sosial sehingga dapat menjadi faktor kelanggengan dalam mengarungi kehidupan rumah tangga.
Waallahu ta'ala a'lam
-------------- simak videonya berikut ini:

Rabu, 04 Mei 2016

HIKMAH DARI PERJALANAN ISRA DAN MI’RAJ NABI


Perjalanan isra dan mi’raj merupakan perjalanan yang penuh berkah yang menunjukkan betapa Maha Kuasanya Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bagaimana seorang hamba –Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam-, bersama ruh dan jasadnya menempuh jarak ribuan bahkan jutaan kilometer hanya dalam satu malam saja. Dan dalam perjalanan yang sedemikian cepat tersebut, Allah kuasakan Nabi Muhammad mampu melihat keadaan sekitar yang beliau lewati, baik kejadian atau keadaan saat isra maupun mi’raj.
Imam as-Suyuthi adalah di antara ulama yang menjelaskan beberapa hikmah perjalanan isra mi’raj. Beliau mengatakan tentang hikmah perjalanan isra dilakukan di malam hari karena malam hari adalah waktu yang tenang menyendiri dan waktu yang khusus. Itulah waktu shalat yang diwajibkan atas Nabi, sebagaimana dalam firman-Nya, “Berdirilah shalat di malam hari” (QS. Al-Muzammil: 2) (as-Suyuthi, al-Khasha-is an-Nabawiyah al-Kubra, Hal: 391-392).
Abu Muhammad bin Abi Hamzah mengatakan, “Hikmah perjalanan isra menuju Baitul Maqdis sebelum naik ke langit adalah untuk menampakkan kebenaran terjadinya peristiwa ini dan membantah orang-orang yang ingin mendustakannya. Apabila perjalanan isra dari Mekah langsung menuju langit, maka sulit dilakukan penjelasan dan pembuktian kepada orang-orang yang mengingkari peristiwa ini. Ketika dikatakan bahwa Nabi Muhammad memulai perjalanan isra ke Baitul Maqdis, orang-orang yang hendak mengingkari pun bertanya tentang ciri-ciri Baitul Maqdis sebagaimana yang pernah mereka lihat, dan mereka pun tahu bahwa Nabi Muhammad belum pernah melihatnya. Saat Rasulullah mengabarkan ciri-cirinya, mereka sadar bahwa peristiwa isra di malam itu benar-benar terjadi. Kalau mereka membenarkan apa yang beliau katakan tentang isra konsekuensinya mereka juga harus membenarkan kabar-kabar yang datang sebelumnya (risalah kenabian). Peristiwa itu menambah iman orang-orang yang beriman dan membuat orang-orang yang celaka bertambah keras bantahannya (Ibnu Hajar, Fathul Bari, 7: 200-201).