Sabtu, 26 Oktober 2013

Haruskah Ikut Berdiri untuk Menyambut Orang ?

Pertanyaan:

Ketika seseorang masuk, sementara kami sedang duduk di suatu majelis, para hadirin berdiri untuknya, tapi saya tidak ikut berdiri. Haruskah saya ikut berdiri, dan apakah orang-orang itu berdosa?

Jawaban:

Berdiri ketika menyambut orang yang datang bukanlah sebuah tuntutan. Kadang memang hal itu—berdiri untuk menjabat tangannya dan menuntunnya—menjadi kesempurnaan sopan santun, lebih-lebih oleh tuan rumah. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah berdiri untuk menyambut Fathimah, Fathimah pun demikian untuk menyambut kedatangan beliau. Para sahabat juga berdiri untuk menyambut Sa’ad bin Mu’adz atas perintah beliau; waktu Sa’ad tiba untuk menjadi pemimpin Bani Quraizhah.

Thalhah bin Ubaidillah juga berdiri dan beranjak dari hadapan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ketika Ka’ab bin Malik datang setelah Allah menerima tobatnya. Thalhah berdiri untuk menyalami dan mengucapkan selamat kepadanya, kemudian duduk kembali. Peristiwa ini disaksikan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan beliau tidak mengingkarinya. Ini termasuk kesempurnaan sopan santun. Jadi, cukup fleksibel.

Senin, 21 Oktober 2013

PESAN-PESAN RÅSULULLÅH TENTANG MARAH

 

Råsulullåh shallallahu 'alaihi wa sallam yang mengemban misi penyempurnaan akhlak mulia banyak memberikan contoh yang mengagumkan. Jadi berbagai pesan Råsulullåh shallallahu 'alaihi wa sallam bukan sekadar pesan kosong tanpa contoh nyata. Berikut adalah sebagian pesan Råsulullåh shallallahu 'alaihi wa sallam tentang menahan marah dan memberi maaf :



1. Hadits Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

1- «لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرْعَةِ وَلَكِنَّ الشَّدِيدَ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ»

Orang hebat itu bukanlah orang yang jago berkelahi, akan tetapi orang yang hebat itu adalah orang yang bisa menguasai diri ketika sedang marah.”[1]


2. Dari Humaid bin Abdurråhman dari seorang sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, dia berkata, “Ada seorang lelaki berkata, ‘Wahai Råsulullåh, berikanlah nasehat kepadaku.’ Råsulullåh shallallahu 'alaihi wa sallam pun bersabda,

2- «لاَ تَغْضَبْ»

‘Janganlah engkau marah.’

Minggu, 20 Oktober 2013

Mutiara Nasehat dari Syaikh Ibnu Utsaimin Rahimahullah



بسم الله والحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
اما بعد
يقول الشيخ ابن العثيمين رحمة الله تعالي في شرح حديث “إنما الأعمال بالنيات ” الفائدة السادسة
 
Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullahu Ta’ala berkata dalam syarah hadits “Innamal A’maalu bin niyaat” pada faedah yang ke enam :

Barangkali suatu negeri mengalami kemerosotan disebabkan sedikitnya ahul ishlah (orang-orang yang mengadakan ishlah – perbaikan) dan banyaknya orang-orang yang rusak serta fasik. Akan tetapi apabila ia (orang yang baik) tetap tinggal di sana dan berdakwah kepada Allah sesuai kemampuannya, maka ia dapat memperbaiki orang lain dan orang lain itu akan memperbaiki yang lain pula, sehingga terbentuklah orang-orang yang baik, di mana mereka akan membawa kebaikan bagi negeri tersebut. Dan apabila mayoritas manusia menjadi baik, galibnya orang-orang yang memegang tampuk kekuasaan juga akan ikut menjadi baik, sekalipun melalui tekanan-tekanan.