Senin, 21 Agustus 2017

BERSATU DAN SALING MENCINTAI ADALAH SIFAT GENERASI SALAF



Allah 'azza wa jalla berfirman tentang generasi beriman yang pertama,


مُّحَمَّدٌ رَّسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ

"Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengannya adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka." [Al-Fath: 29]

Ayat yang mulia ini menjelaskan tentang sifat Rasulullah shallallaahu'alaihi wa sallam dan para sahabat radhiyallahu'anhu'anhum, generasi pertama orang-orang yang beriman, bahwa sifat mereka saling berkasih sayang dan bersatu dengan sesama kaum mukminin dan keras terhadap orang-orang kafir.

Inilah sifat orang-orang yang beriman, karena bersatu dan saling mencintai antara kaum mukminin termasuk keimanan. Sebagaimana membenci dan memusuhi orang kafir juga termasuk keimanan. 

Senin, 14 Agustus 2017

KISAH PENUH HIKMAH : WANITA YANG KEHILANGAN NIKMATNYA BERIBADAH SETELAH MENIKAH


Ada seorang wanita bertanya kepada seorang syaikh :

“Wahai Syaikh, sebelum saya menikah, ketika saya masih seorang gadis yang sering berpuasa dan sholat malam... saya bisa merasakan betapa luarbiasanya nikmat al-Qur’an... Namun sekarang, saya merasa nikmatnya ketaatan telah hilang dariku...!!

🍃 Syaikh : "Baiklah... apa yang paling kau perhatikan dari suamimu?"

Sang Wanita : Wahai Syaikh, saya bertanya kepada Anda tentang al-Qur’an, puasa, sholat dan nikmatnya ketaatan... Namun anda malah bertanya kepadaku tentang suamiku?!

🍃 Syaikh : Iya wahai saudari... Kenapa ada sejumlah wanita yang tidak bisa lagi merasakan manisnya keimanan dan lezatnya ketaatan serta nikmatnya ibadah?

Nabi ﷺ bersabda : 

* ( ولا تَجدُ المرأة حلاوة الإيمان حتَّى تؤدِّي حقَّ زوجها )

“Seorang wanita tidak akan merasakan manisnya keimanan sampai ia memenuhi hak suaminya” [Shahih at-Targhîb : 1939]
*Apa saja hak-hak suami yang harus ditunaikannya?*

🌹 (Lihatlah) Isteri Sa’id bin al-Musayyib semoga Allah merahmatinya yang berkata :

( ما كنَّا نُكلِّم أزواجَنَا إلَّا كما تُكلِّمون أمراءَكم )

_“Kami tidak membicarakan suami-suami kami melainkan sebagaimana kalian membicarakan penguasa-penguasa kalian_ (yaitu tidak boleh mencela penguasa di depan khayalak, menjelekkan mereka, mencabut ketaatan dari mereka, dll, pent.) _[Hilyatul Awliyâ_ V/168].

Senin, 07 Agustus 2017

Kisah Nyata: SANG UJUNG TOMBAK PASUKAN

(Foto: Hanya Ilustrasi, Soldier Allah)

AL-BARRA’ BIN MALIK AL-ANSHARI, SANG UJUNG TOMBAK PASUKAN


Dia adalah seorang yang rambutnya acak-acakan, badannya penuh dengan debu dan kumal, tubuhnya kurus kerempeng. Orang yang melihatnya (beranggapan) seakan ia orang yang kepayahan, lalu memandangnya sebelah mata.

Walau keadaan fisiknya seperti itu, ia adalah seseorang yang tela membunuh 100 musyrik dalam duel satu lawan satu. Jumlah ini tidak termasuk korban yang dibunuhnya dalam kancah pertempuran bersama mujahidin lainnya.

Al-Barra’ bin Malik adalah seorang pemberani dan selalu terdepan dalam pertempuan.

Dialah yang diceritakan oleh Al-Faruq (Umar bin Al-Khaththab) dalam suratnya. Surat itu dikirimkan oleh Al-Faruq kepada para gubernur di seluruh wilayah Islam. Isinya, “Jangan kalian jadikan Al-Barra’ sebagai komandan pasukan karena dikhawatirkan akan membahayakan pasukannya. Dikarenakan dia seseorang yang selalu berada di ujung tombak pasukan.”

Dialah Al-Barra’ bin Malik Al-Anshari, saudara Anas bin Malik (pelayan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam).

Kisah ini dimulai saat permulaan meninggalnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Pada masa pertama sepeninggal beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, banyak suku/kabilah yang berbondong-bondong keluar dari agama Allah ini. Sebagaimana dahulu mereka masuka ke dalam agama-Nya dengan berbondong-bondong pula. Hingga tidak ada lagi yang memeluk agama Islam kecuali penduduk Makkah, Madinah, Thaif, dan sekelompok kaum yang terpencar-pencar.

Kaum yang tetap memeluk Islam adalah kaum-kaum yang keislamannya telah dikokohkan oleh Allah ‘Azza wa Jalla.