Rabu, 15 Agustus 2018

KEUTAMAAN BERKURBAN



Oleh: Ustadz Fadlan Fahamsyah, Lc , M.H.I  حَفِظَهُ اللهُ تَعَالَى

1. Berqurban adalah perintah Allah Azza wa jalla

Allah berfirman: 
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ

“Dirikanlah shalat dan berqurbanlah (an nahr).” [ QS. Al Kautsar: 2 ]

Allah juga berfirman:

قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

“Katakanlah: sesungguhnya shalatku, nusuk-ku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam.”  [ QS. Al An’am: 162 ]

 Di antara tafsiran an nusuk adalah sembelihan, sebagaimana pendapat Ibnu ‘Abbas, Sa’id bin Jubair, Mujahid dan Ibnu Qutaibah. Az Zajaj mengatakan bahwa bahwa makna an nusuk adalah segala sesuatu yang mendekatkan diri pada Allah ‘azza wa jalla, namun umumnya digunakan untuk sembelihan. 📚[ Lihat Zaadul Masiir, 2/446 ]

2. Berkurban adalah perintah rasulullah shallahu alaihi wasallam

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ عَلَى كُلِّ أَهْلِ بَيْتٍ فِيْ كُلِّ عَامٍ أُضْحِيَّة

‘Wahai sekalian manusia, sesungguhnya wajib atas setiap keluarga untuk melaksanakan kurban setiap tahun. [Sunan Ibnu Majah, no. 2533 ]

3. Nabi mengancam orang yang meninggalkan kurban padahal dia mampu melakukannya

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ، وَلَمْ يُضَحِّ، فَلاَ يَقْرَبَنَّ مُصَلاَّنَا.

“Barangsiapa memiliki kemampuan (harta) dan tidak berkurban, maka janganlah ia mendekati tempat shalat kami.” [Shahih Sunan Ibni Majah, no. 2532 ]

4. Berkurban adalah ajaran dan tuntunan para sahabat

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu’anhu beliau mengatakan : 

كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فِى سَفَرٍ فَحَضَرَ الأَضْحَى فَاشْتَرَكْنَا فِى الْبَقَرَةِ سَبْعَةً وَفِى الْبَعِيرِ عَشَرَةً

”Dahulu kami penah bersafar bersama Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam lalu tibalah hari raya Idul Adha maka kami pun berserikat sepuluh orang untuk qurban seekor unta. Sedangkan untuk seekor sapi kami berserikat sebanyak tujuh orang  [ HR. Tirmidzi no. 905,  dishahihkan al-Albani dalam al-Miskat ]

5. Hari berkurban adalah seagung-agungnya Hari di sisi Allah

إِنَّ أَعْظَمَ الأَيَّامِ عِنْدَ اللَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَوْمُ النَّحْرِ ثُمَّ يَوْمُ الْقَرِّ.

“Sesungguhnya hari yang paling mulia di sisi Allah Tabaroka wa Ta’ala adalah hari Idul Adha dan yaumul qorr (hari tasyriq). [ HR. Al-Baihaqi ]

6. Berkurban adalah ajaran rasul dan para sahabatnya, bahkan ajaran para nabi dan umat-umat sebelumnya.

 Allah Subhanahu wa Ta’ala Berfirman:

وَلِكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنسَكًا لِّيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَىٰ مَا رَزَقَهُم مِّن بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ

“Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syari’atkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut Nama Allah terhadap binatang ternak yang telah dirizkikan Allah kepada mereka…” [Al-Hajj: 34]

Jadi, mari kita berkurban!

__

sumber: Group WA Suara Al-Iman

Baca juga:



Senin, 13 Agustus 2018

LIMA KENIKMATAN YANG HARUS DISYUKURI & DIMANFAATKAN DENGAN BAIK



بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

لاَ تَزُولُ قَدَمَا ابْنِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عِنْدِ رَبِّهِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ خَمْسٍ عَنْ عُمْرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ شَبَابِهِ فِيمَا أَبْلاَهُ وَمَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَه وَفِيمَ أَنْفَقَهُ وَمَاذَا عَمِلَ فِيمَا عَلِمَ

Tidak akan bergerak dua kaki seorang hamba pada hari kiamat dari hadapan Rabbnya sampai ia ditanya tentang lima perkara:

1. Tentang umurnya pada apa ia habiskan

2. Tentang masa mudanya pada apa ia pergunakan.

3. Tentang hartanya dari mana ia dapatkan

4. Dan ke mana ia belanjakan harta tersebut.

5. Tentang ilmu yang ia ketahui apa yang telah ia amalkan.

[HR. At-Tirmidzi dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu, Ash-Shahihah: 946]

#BEBERAPA_PELAJARAN: