Senin, 29 Januari 2018

SEMUT PUN MENGAKUI ALLAH ADA DI ATAS LANGIT/ ARSY



Adalah akidah yang kurang tepat mengatakan:

“Allah ada dimana-mana” (berarti Allah ada di kotoran ada di WC)

“Allah ada di hati manusia dan dekat dengan urat nadi” (berarti Allah menyatu dengan manusia, karena hati adalah hakikatnya inti dari kerajaan tubuh)

“tidak tahu tuh, wallahu a’lam aja, kita serahkan ilmunya kepada Allah” (berarti tidak mengenal Allah dunk, katanya tidak kenal maka tak sayang)

“Allah tidak di atas, tidak di bawah, tidak di kanan dan tidak pula di kiri, apalagi samping atau serong” (berati ini sama saja gak ada bendanya)

Jawabanya yang tepat adalah aqidah Ahlussunnah bahwa:

“ Allah ada di atas arsy atau di atas langit”

Terlalu banyak dalil jika dipaparkan, salah satunya bahwa semutpun mengakui bahwa Allah di atas arsy/langit. Artinya ini adalah fitrah manusia dan mahluk lainnya

Ini adalah kisahnya di Hadits, syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah berkata,

وهذه الفطرة لا يمكن إنكارها. حتى إنهم يقولون : إن بعض المخلوقات العجماء تعرف أن الله في السماء كما في الحديث الذي يروى أن سليمان بن داود عليه الصلاة والسلام وعلى أبيه خرج يستسقي ذات يوم بالناس ، فلما خرج ؛ رأى نملة مستلقية على ظهرها ، رافعة قوائمها نحو السماء، تقول: “اللهم ! إنا خلق من خلقك ، ليس بنا غنى عن سقياك” . فقال: “ارجعوا ؛ فقد سقيتم بدعوة غيركم

“Ini adalah fitrah yang tidak mungkin diingkari, hingga ulama mengatakan bahwa sebagan mahluk mengetahui bahwa Allah di atas langit. Sebagaimana dalam hadits diriwayatkan bahwa Nabi Sulaiman bin Dawud ‘alaihissalam keluar untuk meminta hujan bersama manusia. Tatkala ia keluar, ia melihat semut yang terlentang di atas punggungnya, ia mengangkat kaki-kakinya (yang banyak, untuk berdoa) ke arah langit kemudian berkata,

“Yaa Allah, kami adalah mahluk ciptaan-Mu kami sangat membutuhkan hujan-Mu”

Maka Nabi Sulaiman berkat,

“kembalilah kalian (ke lubang), kalian telah diberi hujan karena doa selain kalian.”[1]


Selasa, 16 Januari 2018

FIR’AUN MENGINGKARI ALLAH DI ATAS ‘ARSY



Pengingkaran keberada’an Allah Ta’ala di atas ‘Arsy bukan saja datang dari sekte sesat jahmiyah dan para pengekornya. Tapi jauh-jauh sebelumnya, keberada’an Allah Ta’ala di atas ‘Arsy di ingkari oleh Fir’aun. Karena kedurhaka’annya menolak dakwah Nabi Musa ‘alaihis salam, lalu Allah Ta’ala menenggelamkan Fir’aun ke dasar laut.

Pengingkaran Fir’aun terhadap keberada’an Allah Ta’ala di atas ‘Arsy, Allah abadikan di dalam Al-Qur’an.

Allah Ta’ala berfirman :

وَقالَ فِرْعَوْنُ يا هامانُ ابْنِ لي صَرْحاً لَعَلِّي أَبْلُغُ الْأَسْبابَ أَسْبابَ السَّماواتِ فَأَطَّلِعَ إِلى إِلهِ مُوسى وَ إِنِّي لَأَظُنُّهُ كاذِباً وَ كَذلِكَ زُيِّنَ لِفِرْعَوْنَ سُوءُ عَمَلِهِ وَ صُدَّ عَنِ السَّبيلِ وَ ما كَيْدُ فِرْعَوْنَ إِلاَّ في تَبابٍ

“Dan berkatalah Firaun, Hai Haman, buatkanlah bagiku sebuah bangunan yang tinggi supaya aku sampai ke pintu-pintu, (yaitu) pintu-pintu langit, supaya aku dapat melihat Tuhan Musa dan sesungguhnya aku memandangnya seorang pendusta.” Demikianlah dijadikan Fir’aun memandang baik perbuatan yang buruk itu, dan dia dihalangi dari jalan (yang benar), dan tipu daya Fir’un itu tidak lain hanyalah membawa kerugian”. (QS.Ghafir/Al Mu’min: 36-37).

Ayat di atas menceritakan tentang kesombongan dan kebodohan Fir’aun yang minta di buatkan sebuah bangunan tinggi yang tujuannya untuk melihat Allah yang di katakan oleh Nabi Musa berada di atas langit.

Terkait ayat di atas, seorang Ulama Ahli Tafsir Imam Al-Thabari rahimahullah (w. 310 H) berkata :

وقوله: (وَإِنِّي لأظُنُّهُ كَاذِبًا) يقول: وإني لأظنّ موسى كاذبا فيما يقول ويدّعي من أن له في السماء ربا أرسله إلينا.

“Dan firman-Nya (berkena’an kata-kata Fir’aun), “Dan sesungguhnya aku percaya Musa itu seorang pendusta !”, maksud perkata’an (Fir’aun) adalah, “Dan sesungguhnya aku percaya Musa ini pendusta terhadap apa yang dia katakan BAHWA MUSA MEMPUNYAI TUHAN DI LANGIT YANG MENGUTUSNYA”.

(Tafsir al-Thabari, 21/387, Tahqiq: Ahmad Syakir, cet Muassasah al-Risalah, cet Pertama, lihat juga: Tafsir ayat 38 Surah al-Qhasas).