Minggu, 24 November 2013

KETAQWAAN dan AKHLAK MULIA

Dua Macam Akhlak Mulia
Imam an-Nawawi rahimahullah membuat sebuah bab khusus di dalam kitab Riyadhush Shalihin yang berjudul Bab Husnul Khuluq (Akhlak mulia). Maksud penyusunan bab ini oleh beliau ialah dalam rangka memotivasi agar kita memiliki akhlak yang mulia. Di dalam bab ini beliau juga hendak menerangkan keutamaan-keutamaannya serta siapa sajakah di antara hamba-hamba Allah yang memiliki sifat-sifat mulia itu. Husnul khuluq meliputi Berakhlaq Mulia Kepada Allah dan Berakhlaq Mulia Kepada Hamba-Hamba Allah. 

Berakhlaq mulia kepada Allah yaitu senantiasa ridha terhadap ketetapan hukum-Nya, baik yang berupa aturan syari’at maupun ketetapan takdir, menerimanya dengan dada yang lapang tanpa keluh kesah, tidak berputus asa ataupun bersedih. Apabila Allah menakdirkan sesuatu yang tidak disukai menimpa seorang muslim maka hendaknya dia ridha terhadapnya, pasrah dan sabar dalam menghadapinya. Dia ucapkan dengan lisan dan hatinya: radhiitu billaahi rabban ‘Aku ridha Allah sebagai Rabb’. Apabila Allah menetapkan keputusan hukum syar’i kepadanya maka dia menerimanya dengan ridha dan pasrah, tunduk patuh melaksanakan syari’at Allah ‘Azza wa Jalla dengan dada yang lapang dan hati yang tenang, inilah makna berakhlak mulia terhadap Allah ‘Azza wa Jalla.

Adapun berakhlak mulia kepada sesama hamba ialah dengan menempuh cara

sebagaimana yang dikatakan oleh sebagian ulama, yaitu yang tercakup dalam tiga ungkapan berikut ini: (1). Kafful adza (menahan diri dari mengganggu): yaitu dengan tidak mengganggu sesama baik melalui ucapan maupun perbuatannya, (2). Badzlu nada (memberikan kebaikan yang dipunyai): yaitu rela memberikan apa yang dimilikinya berupa harta atau ilmu atau kedudukan dan kebaikan lainnya, (3). Thalaqatul wajhi (bermuka berseri-seri, ramah): dengan cara memasang wajah berseri apabila berjumpa dengan sesama, tidak bermuka masam atau memalingkan pipi, inilah husnul khuluq. Orang yang dapat melakukan ketiga hal ini niscaya dia juga akan bisa bersabar menghadapi gangguan yang ditimpakan manusia kepadanya, sebab bersabar menghadapi gangguan mereka termasuk husnul khuluq juga. Bahkan jika dia mengharapkan pahala dari Allah atas kesabarannya tentulah itu akan membuahkan kebaikan di sisi Allah Ta’ala (semua paragraf di atas disarikan dari Syarah Riyadhush Shalihin Syaikh al-Utsaimin, II/387)

Ketaqwaan dan Akhlak Mulia

Sesungguhnya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah menstimulasi agar berakhlak mulia (husnul khuluq) dan konsisten terhadapnya. Dimana beliau shallallahu 'alaihi wa sallam menghimpun secara bersama antara penyebutan at-taqwa (ketakwaan) dan penyebutan husnul khuluq (akhlak yang mulia) ini. Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
« أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ الْجَنَّةَ ، تَقْوَى اللَّهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ »

“Yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam surga, (adalah) takwa kepada Allah dan husnul khuluq (berperilaku baik). ” (HR. At-Tirmidzi dan al-Hakim). Diantara contoh Husnul khuluq itu adalah wajah yang berseri, memberikan kebajikan, menahan diri dari menyakiti manusia, beserta segala yang sudah sepatutnya bagi seorang muslim untuk bertutur kata yang baik dan menahan amarah serta sabar menanggung beban.

Dan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mewasiatkan kepada Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu dengan sebuah wasiat agung, beliau shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : 
      « عَلَيْكَ بِحُسْنِ الْخُلُقِ »

Wahai Abu Hurairah,  seyogyanya anda untuk berperilaku baik (husnul khuluq).” Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata, “Apakah husnul khuluq itu, wahai Rasulullah?” Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
« تَصِلُ مَنْ قَطَعَكَ، وَتَعْفُو عَمَّنْ ظَلَمَكَ، وَتُعْطِي مَنْ حَرَمَكَ »

“Anda menyambung (tali persaudaraan kepada) orang yang memutuskan (hubungan dengan)mu, dan anda memaafkan (kesalahan atas) orang yang menzalimimu, dan anda memberi orang yang enggan memberi kepadamu.” (HR. Al-Baihaqi).

Kedududukan Orang Yang Berakhlak Mulia
Simaklah -wahai saudaraku yang mulia- sebuah pengaruh yang dahsyat dan ganjaran yang besar untuk pekerti yang mulia dan tabiat yang baik ini, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
« إِنَّ الرَّجُلَ لَيُدْرِكُ بِحُسْنِ الْخُلُقِ دَرَجَةَ الصَّائِمِ الْقَائِمِ »

“Sesungguhnya seseorang dengan husnul khuluq akan memperoleh derajat ash-sha`im (ahli puasa) dan al-qa`im (ahli shalat malam).” (HR. Ahmad). Dan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menilai amalan husnul khuluq bagian dari (barometer) kesempurnaan iman. Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
« أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا »

“Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud). Seyogyanya kita sebagaimana yang disabdakan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam :
« أَحَبُّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ أَنْفَعَهُمْ ، وَأَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ سُرُورٍ تُدْخِلُهُ عَلَى مُسْلِمٍ ، أَوْ تَكْشِفُ عَنْهُ كُرْبَةً ، أَوْ تَقْضِي عَنْهُ دِينًا ، أَوْ تُطْرَدُ عَنْهُ جُوعًا ، وَلأَنْ أَمْشِيَ مَعَ أَخِي الْمُسْلِمِ فِي حَاجَةٍ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَعْتَكِفَ فِي الْمَسْجِدِ شَهْرًا »

“Manusia yang paling dicintai di sisi Allah adalah yang paling bermanfaat diantara mereka, dan amalan yang paling dicintai di sisi Allah (adalah) kebahagiaan yang anda masukkan ke (hati) seorang muslim, atau anda membebaskan kesusahannya, atau anda membayarkan hutangnya, atau anda menghilangkan rasa laparnya. Karena itu aku berjalan bersama saudaraku  yang muslim dalam suatu keperluannya lebih aku sukai daripada aku beri'tikaf di masjid (yaitu: masjid Madinah, pent.) ini sebulan lamanya .” (HR. Thabrani).

Perintah Berakhlak Mulia
Seorang muslim diperintahkan untuk berkata halus dan lembut sehingga ucapannya tersebut menjadi amalan yang memberatkan timbangan kebajikannya. Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : 
 « الْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ »

“Kata baik (yang terlontar terbilang) sedekah.” (Muttafaqun 'Alaihi). Bahkan sebuah senyuman ringan yang tidak membebani seorang muslimpun dalam melakukannya, diberikan balasan. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam :    
     « تَبَسُّمُكَ فِي وَجْهِ أَخِيْكَ صَدَقَةٌ »

“Senyummu terhadap saudaramu merupakan sebuah sedekah.” (HR. At-Tirmidzi). Pengarahan-pengarahan Nabi dalam menyemangati amalan husnul khuluq ini dan sikap menanggung derita beliau shallallahu 'alaihi wa sallam yang banyak dan populer, serta perjalanan hidupnya merupakan contoh hidup yang dapat dipetik dari sikap beliau shallallahu 'alaihi wa sallam sendiri terhadap dirinya, keluarga, tetangga, kalangan kaum muslimin yang lemah, orang-orang bodoh di antara mereka, bahkan terhadap orang kafir sekalipun. Allah Ta'ala berfirman :
وَلاَ يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلاَّ تَعْدِلُواْ اعْدِلُواْ هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى ﴿٨﴾ سورة المآئدة

“Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa”. (QS.68:04)
Bersambung ke Ciri-Ciri Akhlak Mulia.


sumber: Makalah Akhlak Ummu Bassam S-1 PAI Ma'had Aliy ICBB

Referensi:
1.    http://www.binamasyarakat.com/hiasi-diri-dengan-akhlak-mulia/
2.    http://almanhaj.or.id/content/3614/slash/0/berdakwah-dengan-akhlak-mulia/
3.    http://www.islamhouse.com/249573/id/id/articles/Akhlak_Mulia
4.  http://muslim.or.id/akhlaq-dan-nasehat/sudahkah-kita-meneladani-akhlak-salafus-shalih.html
5.  http://assunnah-qatar.com/artikel/akhlaq-dan-nasehat/656-do%E2%80%99a-memohon-akhlak-mulia.html


Tidak ada komentar: