Minggu, 17 November 2013

APA ITU AKHLAK MULIA ? (1)



Sesungguhnya kemuliaan akhlak merupakan salah satu dari sifat-sifat para Nabi, orang-orang shiddiq dan kalangan shalihin. Dengan sifat ini, berbagai derajat dapat dicapai dan kedudukan-kedudukannya ditinggikan. Sesungguhnya Allah Jalla wa 'Ala mengistimewakan Nabi-Nya, Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dengan ayat yang menghimpun baginya segala kemuliaan akhlak dan segenap kebaikan tata pekerti, maka Allah Jalla wa 'Ala berfirman :
وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ ﴿٤﴾ سورة القلم
Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (QS.68:04)

Husnul khuluq (akhlak yang mulia) memunculkan rasa kasih sayang dan kelembutan. Sedang su'ul khuluq (akhlak yang buruk) membuahkan rasa saling benci, dengki dan memusuhi. Oleh karena itu, menghiasi diri kita dengan akhlakul karimah (akhlak yang mulia/baik), untuk menyempurnakan agama kita. Karena Islam ini dibangun dengan tiga pilar sekaligus yang tidak bisa dipisah-pisahkan, yaitu: 1) akidah, 2) syari’ah (yang terdiri dari ibadah dan mu’amalah), dan 3) akhlak. Maka orang Islam yang sempurna ialah orang yang memiliki akidah yang benar, melaksanakan ibadah dan mu’amalah sesuai tuntunan syariat, dan memiliki akhlak yang mulia.
 
Pengertian Akhak

    Lalu, apakah akhlak itu? Ibnul Atsir menyebutkan al-khuluqu dan al-khulqu dalam an-Nihayah (2/70), berarti dien, tabiat, dan sifat. Hakikatnya adalah potret batin manusia, yaitu jiwa dan kepribadiannya. (Fariq bin Gasim Anuz, Bengkel Akhlak, (Jakarta: Darul Falah, 1423 H/ 2002, 13). Sedangkan Ibnu Qudamah menyebutkan dalam Mukhtashar Minhaj al-Qashidin, bahwa akhlak merupakan ungkapan tentang kondisi jiwa, yang begitu mudah bisa menghasilkan perbuatan, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan. Jika perbuatan itu baik maka disebut akhlak yang baik, dan jika buruk disebut akhlak yang buruk (Syaikh Ahmad Farid, Pendidikan Berbasis Metode Ahlus Sunnah wal Jamaah, terj. Najib Junaidi, Surabaya: Pustaka eLBA, 2012, 237). Senada dengan pendapat tersebut, al-Jurjani mengatakan, al-khuluq (akhlak) ialah tabiat yang tertanam dalam jiwa yang mendorong untuk melakukan perbuatan dengan mudah tanpa perlu berpikir dan mempertimbangkan terlebih dahulu. (Syaikh Khumais as-Sa’id, Beginilah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam Mengajari Kami, Jakarta: Darus Sunnah, 2008, 24.).

Dua Macam Akhlak Mulia
Imam an-Nawawi rahimahullah membuat sebuah bab khusus di dalam kitab Riyadhush Shalihin yang berjudul Bab Husnul Khuluq (Akhlak mulia). Maksud penyusunan bab ini oleh beliau ialah dalam rangka memotivasi agar kita memiliki akhlak yang mulia. Di dalam bab ini beliau juga hendak menerangkan keutamaan-keutamaannya serta siapa sajakah di antara hamba-hamba Allah yang memiliki sifat-sifat mulia itu. Husnul khuluq meliputi Berakhlaq Mulia Kepada Allah dan Berakhlaq Mulia Kepada Hamba-Hamba Allah. 
 
Berakhlaq mulia kepada Allah yaitu senantiasa ridha terhadap ketetapan hukum-Nya, baik yang berupa aturan syari’at maupun ketetapan takdir, menerimanya dengan dada yang lapang tanpa keluh kesah, tidak berputus asa ataupun bersedih. Apabila Allah menakdirkan sesuatu yang tidak disukai menimpa seorang muslim maka hendaknya dia ridha terhadapnya, pasrah dan sabar dalam menghadapinya. Dia ucapkan dengan lisan dan hatinya: radhiitu billaahi rabban ‘Aku ridha Allah sebagai Rabb’. Apabila Allah menetapkan keputusan hukum syar’i kepadanya maka dia menerimanya dengan ridha dan pasrah, tunduk patuh melaksanakan syari’at Allah ‘Azza wa Jalla dengan dada yang lapang dan hati yang tenang, inilah makna berakhlak mulia terhadap Allah ‘Azza wa Jalla.

Adapun berakhlak mulia kepada sesama hamba ialah dengan menempuh cara sebagaimana yang dikatakan oleh sebagian ulama, yaitu yang tercakup dalam tiga ungkapan berikut ini: (1). Kafful adza (menahan diri dari mengganggu): yaitu dengan tidak mengganggu sesama baik melalui ucapan maupun perbuatannya, (2). Badzlu nada (memberikan kebaikan yang dipunyai): yaitu rela memberikan apa yang dimilikinya berupa harta atau ilmu atau kedudukan dan kebaikan lainnya, (3). Thalaqatul wajhi (bermuka berseri-seri, ramah): dengan cara memasang wajah berseri apabila berjumpa dengan sesama, tidak bermuka masam atau memalingkan pipi, inilah husnul khuluq. Orang yang dapat melakukan ketiga hal ini niscaya dia juga akan bisa bersabar menghadapi gangguan yang ditimpakan manusia kepadanya, sebab bersabar menghadapi gangguan mereka termasuk husnul khuluq juga. Bahkan jika dia mengharapkan pahala dari Allah atas kesabarannya tentulah itu akan membuahkan kebaikan di sisi Allah Ta’ala (semua paragraf di atas disarikan dari Syarah Riyadhush Shalihin Syaikh al-Utsaimin, II/387)

sumber: Makalah Akhlak Ummu Bassam S-1 PAI Ma'had Aliy ICBB

Referensi:
1.    http://www.binamasyarakat.com/hiasi-diri-dengan-akhlak-mulia/
2.    http://almanhaj.or.id/content/3614/slash/0/berdakwah-dengan-akhlak-mulia/
3.    http://www.islamhouse.com/249573/id/id/articles/Akhlak_Mulia
4.    http://muslim.or.id/akhlaq-dan-nasehat/sudahkah-kita-meneladani-akhlak-salafus-shalih.html
5.    http://assunnah-qatar.com/artikel/akhlaq-dan-nasehat/656-do%E2%80%99a-memohon-akhlak-mulia.html

Tidak ada komentar: