Di antara alasan kaum Syi’ah Rafidlah yang menganggap bahwa Ali radhiyallahu ‘anhu lebih berhak menjadi khalifah adalah:
1. Mereka menganggap Ali radhiyallahu ‘anhu lebih utama daripada Abu Bakar dan Umar radhiyallahu ‘anhuma.
2. Ali radhiyallahu ‘anhu termasuk keluarga Rasulullah (ahlul bait).
3. Wasiat Rasulullah di Ghadir Qum.
Kita jawab alasan mereka satu persatu:
Pertama pendapat mereka tentang keutamaan Ali radhiyallahu ‘anhu di atas Abu Bakar dan Umar radhiallahu ‘anhuma.
Pendapat ini menyelisihi hadits Rasulullah shallallahu `alaihi wa
sallam dan ijma’ kesepakatan para shahabat dan seluruh kaum muslimin.
Bahkan menyelisihi ucapan Ali radhiallahu ‘anhu sendiri.
1. Diriwayatkan dengan sanadnya yang shahih dari Ibnu Umar:
كُنَّا نُخَيِّرُ بَيْنَ النَّاسِ فِي زَمَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. فَنُخَيِّرُ أَبَا بَكْرٍ ثُمَّ عُمَرَ بْنَ
الْخَطَّابِ ثُمَّ عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ. (رواه
البخاري فتح الباري ج 7 ص 16)
Kami membanding-bandingkan di antara manusia di zaman Rasulullah
shallallahu `alaihi wa sallam. Maka kami menganggap yang terbaik adalah
Abu Bakar, kemudian Umar, kemudian Utsman bin Affan. (HR. Bukhari)
Dalam lafazh lain dikatakan:
كُنَّا نَقُوْلُ وَرَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
حَيٌّ أَفْضَلُ أُمَّةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
بَعْدَهُ أَبُوْ بَكْرٍ ثُمَّ عُمَرُ ثُمَّ عُثْمَانُ رَضِيَ اللهُ
عَنْهُمْ أَجْمَعِيْنَ. رواه أبو داود في كتاب السنة باب التفضيل انظر عون
المعبود ج 8 صلى الله عليه و سلم 381 والترمذي وقال حديث حسن صحيح)
Kami mengatakan dan Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam masih
hidup bahwa yang paling utama dari umat nabi shallallahu `alaihi wa
sallam setelah beliau adalah Abu Bakar, kemudian Umar, kemudian Utsman.
(HR. Abu Dawud dan Tirmidzi. Dan Tirmidzi berkata: Hadits hasan)
Dua hadits ini merupakan dalil yang qath’i (pasti) karena Ibnu Umar
radhiyallahu ‘anhuma menyebutkan dua kalimat yang penting yang
menunjukkan bahwa ucapannya tidak memiliki muatan subyektif. Pertama,
kalimat tersebut adalah: “Kami membanding-bandingkan…”, atau “Kami
mengatakan……”. Kedua kalimat tersebut menunjukkan bahwa ucapan itu
adalah ucapan para shahabat seluruhnya dan tidak ada seorang pun dari
mereka yang membantahnya.
Kalimat kedua adalah ucapan beliau: “Dan Rasulullah shallallahu
`alaihi wa sallam masih hidup…” atau dalam lafazh lain: “di zaman
Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam…..”. Ucapan ini menunjukkan
bahwa ucapan para shahabat tersebut didengar dan disaksikan oleh
Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam, dan beliau shallallahu `alaihi
wa sallam tidak membantahnya. Inilah yang dinamakan oleh ahlul hadits
dengan hadits taqriri yang merupakan hujjah dan dalil yang qath’i.
2. Hadits yang diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu
sendiri yang diriwayatkan secara mustafidlah dari Muhammad Ibnil
Hanafiyah:
قُلْتُ ِلأَبِي: أَيُّ النَّاسِ خَيْرٌ بَعْدَ رَسُوْلِ اللهَ ?؟ قَالَ:
أَبُو بَكْرٍ. قَلْتُ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: عُمَرُ. وَخَشِيْتُ أَنْ
يَقُوْلَ عُثْمَانُ. قُلْتُ: ثُمَّ أَنْْتَ؟ قَالَ: مَا أَنَا إِلاَّ
رَجُلٌ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ. (رواه البخاري: كتاب فضائل الصحابة باب 4
وفتح البارى 7/20)
Aku bertanya kepada bapakku (yakni Ali bin Abi Thalib radhiallahu
‘anhu): Siapakah manusia yang terbaik setelah Rasulullah ? ? Ia
menjawab: “Abu Bakar”. Aku bertanya (lagi): “Kemudian siapa?”. Ia
menjawab: “Umar”. Dan aku khawatir ia akan berkata Utsman, maka aku
mengatakan: “Kemudian engkau?” Beliau menjawab: “Tidaklah aku kecuali
seorang dari kalangan muslimin”. (HR. Bukhari, kitab Fadlailus Shahabah,
bab 4 dan Fathul Bari juz 4/20)
Bahkan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu mengancam untuk
mencambuk orang yang mengutamakan diri-nya di atas Abu Bakar dan Umar
dengan cambukan seorang pendusta.
لاَ أُوْتِيَ بِأَحَدٍ يُفَضِّلُنِيْ عَلَى أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ إِلاَّ جَلَّدْتُهُ حَدَّ الْمُفْتَرِيْنَ.
Tidak didatangkan kepadaku seseorang yang mengutamakan aku diatas Abu
Bakar dan Umar, kecuali akan aku cambuk dengan cambukan seorang
pendusta.
Maka ketika itu seorang yang mengatakan beliau lebih utama dari Abu
Bakar dan umar dicambuk delapan puluh kali cambukan. (Majmu’ Fatawa juz 4
hal. 422; Lihat Imamatul ‘Udhma, hal. 313).
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu pernah menceritakan ucapan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu sebagai berikut:
إِني لَوَاقِفٌ فِي قَوْمٍ نَدْعُوا اللهَ لِعُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ
وَقَدْ وُضِعَ عَلَى سَرِيْرِهِ، إِذَا رَجُلٌ مِنْ خَلْفِي قَدْ وَضَعَ
مِرْفَقَيْهِ عَلَى مَنْكِبِي يَقُوْلُ: رَحِمَكَ اللهَ إِنْ كُنْتُ
َلأَرْجُو أَنْ يَجْعَلَكَ اللهُ مَعَ صَاحِبَيْكَ ِلأَنِيْ كَثِيْرًا مَا
كُنْتُ أَسْمَعُ رَسُوْلَ اللهِ ? يَقُوْلُ: كُنْتُ وَأَبُوْ بَكْرٍ
وَعُمَرُ، وَفَعَلْتُ وَأَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ، وَانْطَلَقْتُ وَأَبُو
بَكْرٍ وَعُمَرُ، فَإِنْ كُنْتُ َلأَرْجُو أَنْ يَجْعَلَكَ اللهُ
مَعَهُمَا، فَالْتَفَتُّ فَإِذَا هُوَ عَلِي بْنِ أَبِي طَالِبٍ. (رواه
البخاري في فضائل الصحابة، باب من فضائل عمر 3389 (4/1858))
Sungguh aku pernah berdiri di kerumunan orang yang sedang mendoakan
Umar bin Khathab ketika telah diletakkan di atas pembaringannya.
Tiba-tiba seseorang dari belakangku yang meletakkan kedua sikunya di
kedua pundakku berkata: “Semoga Allah merahmatimu dan aku berharap agar
Allah menggabungkan engkau bersama dua shahabatmu (Yakni Rasulullah dan
Abu Bakar) karena aku sering mendengar Rasulullah ? bersabda: ‘Waktu itu
aku bersama Abu Bakar dan Umar…’ ‘aku telah mengerjakan bersama Abu
Bakar dan Umar…’, ‘aku pergi dengan Abu Bakar dan Umar…’. Maka sungguh
aku berharap semoga Allah menggabungkan engkau dengan keduanya. Maka aku
menengok ke belakangku ternyata ia adalah Ali bin Abi Thalib.
Hadits-hadits dari Ali bin Abi Thalib ini merupakan sebesar-besar
dalil yang membuktikan kedustaan kaum Syi’ah Rafidlah yang mengutamakan
Ali di atas Abu Bakar dan Umar radhiallahu ‘anhuma.
3. Bahkan ketika ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu `alaihi wa
sallam siapa yang paling dicintainya, beliau shallallahu `alaihi wa
sallam menjawab: “Abu Bakar”. Sebagaimana disebutkan dalam riwayat dari
‘Amr bin ‘Ash radhiallahu ‘anhuma berikut:
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعَثَهُ
عَلَى جَيْشِ ذَاتِ السَّلاَسِلِ فَأَتَيْتُهُ فَقُلْتُ أَيُّ النَّاسِ
أَحَبُّ إِلَيْكَ قَالَ عَائِشَةُ قُلْتُ مِنَ الرِّجَالِ قَالَ أَبُوهَا
قُلْتُ ثُمَّ مَنْ قَالَ عُمَرُ فَعَدَّ رِجَالاً.
Bahwasanya Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam telah mengutus
pasukan dalam perang dzatu tsalatsil. Maka aku mendatanginya, dan
bertanya kepadanya: “Siapakah orang yang paling engkau cintai?” Beliau
shallallahu `alaihi wa sallam menjawab: “Aisyah.” Aku berkata: “Dari
kalangan laki-laki wahai Rasulllah?” Beliau menjawab: “Ayahnya”. Aku
berkata: “Kemudian siapa?” Beliau menjawab: “Umar”. Kemudian beliau
menyebutkan beberapa orang. (HR. Bukhari dalam Fadhailil A’mal, fathul
Bari juz ke 7, hal. 18 dan Muslim dalam Fadhailus Shahabah juz ke-4 hal.
1856 no. 2384)
4. Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud, Hudzaifah ibnul Yaman, Anas bin Malik dan Abdullah bin Umar:
ثُمَّ اقْتَدُوا بِاللَّذِيْنَ مِنْ بَعْدِيْ مِنْ أَصْحَابِي أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ…
Kemudian ikutilah teladan orang-orang setelahku dari shahabatku yaitu
Abu Bakar dan Umar…. (HR. Tirmidzi, Baihaqi dan Hakim; Lihat Silsilah
Ash-Shahihah juz 3 hal. 233, hadits no. 1233)
5. Banyak isyarat dari Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam yang
menunjukkan keutamaan Abu Bakar dan sekaligus isyarat bahwa beliaulah
yang pantas mewakili Rasulullah shalla-llahu `alaihi wa sallam.
Diriwayatkan dari Jubair ibni Muth’im, dia berkata:
أَتَتِ امْرَأَةُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَأَمَرَهَا أَنَ تَرْجِعَ إِلَيْهِ قَالَتْ أَرَأَيْتَ إِنْ جِئْتُ وَلَمْ
أَجِدْكَ كَأَنَّهَا تَقُوْلُ الْمَوْتَ قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ إِنْ لَمْ تَجِدِيْنِيْ فَأْتِي أَبَا بَكْرٍ.
Datang seorang wanita kepada Nabi shallallahu `alaihi wasallam, maka
Rasulullah menyuruhnya untuk datang kembali. Maka wanita itu mengatakan:
“Bagaimana jika aku tidak mendapatimu?” –seakan-akan wanita itu
memaksudkan jika telah meninggalnya Rasulullah shallallahu `alaihi
wasallam. Beliau menjawab: “Jika engkau tidak mendapatiku, maka
datangilah Abu Bakar”. (HR. Bukhari 2/419; Muslim, 7/110; lihat Zhilalul
Jannah hal. 541-542, no. 1151)
Maka dengan riwayat-riwayat ini seluruh ulama ahlus sunnah sepakat
bahwa manusia terbaik setelah rasulnya adalah Abu Bakar, kemudian Umar,
ke-mudian Utsman kemudian Ali radhiyallahu ‘anhum.
Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah tentang keutamaan
Abu Bakar dan Umar di atas Utsman dan Ali radhiallahu ‘anhum: “Yang
demikian telah disepakati oleh para imam-imam kaum muslimin yang
terkenal keilmuan dan keshalihannya dari kalangan shahabat, tabi’in,
pengikut tabi’in, dan ini pula madzhab Imam Malik dan seluruh penduduk
Madinah, Imam Al-Laits Ibnu Sa’ad dan seluruh ulama Mesir, al-Auzai dan
seluruh penduduk Syam, Sufyan Ats-Tsauri, Abu Hanifah, Hammad ibni Zaid,
Hammad Ibni Salamah dan seluruh penduduk Iraq. Dan ini juga madzhabnya
imam Syafi’i, Imam Ahmad, Ishaq Ibnu Rahuyah, Abu Ubaid dan lain-lain
dari para imam-imam kaum muslimin”. (Maj-mu’ Fatawa juz IV hal. 421).
Imam Malik mengatakan bahwa itu adalah ijma’ penduduk Madinah dalam ucapannya:
مَا أَدْرَكْتُ أَحَدًا مِمَّنْ يَقْتَدِي بِهِ يَشُكُّ فِي تَقَدِّمِ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرً.
Tidak kutemui satu orang pun dari ulama yang dijadikan teladan yang
ragu terhadap diutamakannya Abu Bakar dan Umar di atas yang lainnya.
(Majmu’ Fatawa Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, 4/421; lihat Al-Imamatul
‘Udhma, Abdullah Ibnu Umar Ibnu Sulaiman ad-Damiji, hal. 311)
Sebaliknya barangsiapa yang menyelisihi pendapat ini, maka ia adalah orang yang lebih sesat dari keledai piaraannya.
Wallahu a’lam
http://www.darussalaf.or.id/hizbiyyahaliran/keutamaan-abu-bakar-dan-umar-di-atas-ali-radhiallahu-anhum-syubuhat-syiah-ke-2/
Al Ustadz Muhammad Umar As Sewed
Tidak ada komentar:
Posting Komentar