Perhiasan merupakan
sesuatu yang menarik bagi siapapun, baik
wanita ataupun pria karena perhiasan identik dengan keindahan. Hal ini
bukanlah merupakan sesuatu yang tercela, karena Allah Ta’ala juga mencintai
keindahan sebagaimana dalam hadits: “innallaha jamiil yuhibbul Jamaal” yang
artinya “Sesungguhnya Allah itu Maha
Indah dan Mencintai Keindahan” (HR. Muslim). Selain perhiasan diidentikan
dengan keindahan, perhiasan juga identik dengan sesuatu yang berharga atau
bernilai tinggi. Semakin banyak yang menyukainya maka nilainya akan semakin
tinggi. Semakin tinggi nilai suatu perhiasan maka semakin berhati-hati pula
pemiliknya dalam menyimpan dan menjaganya. Oleh karena itu, seringkali kita saksikan
pada toko-toko penjual perhiasan begitu hati-hatinya sang pemilik menjaganya, baik
itu dengan etalase kaca, teralis besi, kamera CCTV ataupun dengan menempatkan beberapa
petugas keamanan.
Akan tetapi
perhiasan yang kita maksud bukanlah perhiasan-perhiasan yang berupa intan
permata ataupun emas berlian. Perhiasan-perhiasan ini jauh lebih tinggi
nilainya dari pada perhiasan-perhiasan tersebut. Perhiasan ini adalah perhiasan
yang dimiliki oleh para wanita, yang setiap wanita harus sangat berhati-hati
menjaganya. Janganlah perhiasan yang ada pada wanita ini dilihat ataupun
disentuh oleh orang yang tidak berhak, janganlah pula pemiliknya dengan sengaja
memperlihatkannya atau merendahkan nilainya yang akhirnya akan membawa petaka. Hal
ini karena penjagaan seorang wanita akan perhiasan ini mempunyai konsekuensi
tidak hanya di dunia saja tetapi juga di akhirat kelak, karena perhiasan ini
merupakan aurat yang ada pada setiap Wanita.
Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan sifat Rahman dan Rahim-Nya
telah menjaga perhiasan yang ada pada para wanita melalui syari’at-Nya yang
mulia, sebagaimana dalam firman-Nya:
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ
وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ
ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا
رَحِيمًا
“Hai
Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan
isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya[1232] ke seluruh tubuh mereka". yang demikian itu supaya mereka lebih
mudah untuk dikenal, Karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Al Ahzab ayat 59)
[1232] Jilbab ialah sejenis baju kurung yang lapang
yang dapat menutup kepala, muka dan dada.
Hal ini merupakan tanda
kasih-sayang Allah Ta’ala dalam menjaga para wanita yaitu dengan menyeru Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam agar memerintah wanita-wanita beriman mengulurkan
Jilbabnya keseluruh tubuh mereka, sehingga terjagalah perhiasannya. Namun sampai
mana batasan perhiasan / aurat ini harus ditutup maka para Ulama berselisih
pendapat apakah wajah termasuk yang harus ditutupi atau tidak. Ada ulama yang
berpendapat menutup wajah termasuk wajib, ada juga yang berpendapat sunnah atau
berpendapat hal itu diutamakan maka dipersilakan para wanita mengambil pendapat
yang dia yakini. Yang paling penting adalah agar para wanita mengulurkan jilbab
sehingga mereka lebih dikenal dan tidak diganggu.
Menutup perhiasan
ini tidak hanya sembarangan menutup akan tetapi juga harus memperhatikan
beberapa hal diantaranya; menutup dengan bahan yang tidak transparan, longgar
(tidak ketat), tidak menarik perhatian sehingga benar-benar terjagalah perhiasannya
dari orang yang tidak berhak untuk melihat atau lebih dari itu. Apalagi di
akhir zaman yang penuh fitnah ini banyak sekali wanita yang berpakaian tetapi
telanjang bahkan ada yang tanpa malu benar-benar telanjang tanpa pakaian hanya
demi materi dunia atau kepuasan hawa nafsunya. Na’udzubillahi mindzalik. Namun
demikian, ada juga wanita-wanita yang karena rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala
terjaga dari hal-hal tersebut.
Mereka adalah wanita-wanita Shalihah yang terjaga dari fitnah akhir zaman. Para
wanita Shalihah senantiasa menjaga perhiasannya dengan baik, bahkan wanita shalihah
itu sendiri adalah juga perhiasan bahkan sebaik-baik perhiasan dunia, sebagaimana
dalam hadits, Abdullah bin Amr Radhiallahu‘anhuma meriwayatkan sabda
Rasulullah Shallallah ‘alaihi wa sallam:
الدُّنْيَا
مَتاَعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ
“Sesungguhnya dunia itu adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan
dunia adalah wanita shalihah.” (HR. Muslim no. 1467)
Wanita-wanita Shalihah
hanya akan memperlihatkan serta menyerahkan perhiasan yang senantiasa dijaganya
kepada orang yang halal bagi dirinya, yaitu suami-suami mereka. Wanita Shalihah
senantiasa berprinsip bahwa “Perhiasan Ini Hanya Untukmu, Suamiku”.
Dengan begitu menjadi tenteramlah hati para suami yang beristrikan wanita Shalihah,
baik ketika suami berada didekatnya ataupun pada saat harus jauh dari dirinya.
Hal tersebut dikarenakan sang suami yakin istrinya yang Shalihah tidak akan
menghalalkan orang lain melihat perhiasannya, apalagi menyentuhnya. Allah Ta’ala berfirman :
…wanita yang shalihah,
ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri[289] ketika suaminya tidak
ada, oleh Karena Allah Telah memelihara (mereka)[290]... (QS. An-Nissa ayat 34)
[289]
Maksudnya: tidak berlaku curang serta memelihara rahasia dan harta suaminya.
[290] Maksudnya:
Allah Telah mewajibkan kepada suami untuk mempergauli istrinya dengan baik.
Oleh karena itu beristrikan wanita Shalihah adalah idaman para lelaki
yang benar imannya. Jika seorang laki-laki ingin mendapatkan wanita Shalihah yang
senantiasa menjaga perhiasannya sebagai istrinya maka ia juga harus menshalihkan
dirinya terlebih dahulu karena wanita yang baik hanya untuk laki-laki yang
baik, wanita pezina untuk laki-laki pezina atau sebaliknya sebagaimana firman Allah
Ta’ala dalam Al Qur’an surat An-Nur ayat 3:
“Laki-laki yang
berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang
musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki
yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas
oran-orang yang mukmin[1028]”.
[1028]
maksud ayat Ini ialah: tidak pantas orang yang beriman kawin dengan yang
berzina, demikian pula sebaliknya.
Semoga
Allah Tabaraka wa Ta’ala menjadikan anak-anak wanita kita,
saudari-saudari wanita kita, Istri-istri kita sebagai wanita-wanita Shalihah yang
senantiasa berprinsip “Perhiasan Ini Hanya Untukmu, Suamiku”.
Walhamdulillahirrabbil’alamin,
washalatu wa sallamu’ala rasulillah.
Wallahu a’lam.
***
Di Tanah Manis, Yogyakarta
11 Jumadil Awal 1436 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar